KALEIDOSKOP 2025: Jejak Emas Diplomasi Gusnar Ismail Jadikan Gorontalo Magnet Pembangunan Nasional

Gusnar Ismail Gorontalo
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

READ.ID – Tahun 2025 tercatat sebagai tahun yang monumental bagi Provinsi Gorontalo. Sebuah era baru dimulai di bawah kepemimpinan Gubernur Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Gorontalo Idah Syahidah. Awal tahun menjadi titik mula kebangkitan diplomasi Gorontalo di kancah nasional, di mana strategi percepatan pembangunan langsung diterapkan bahkan sebelum tinta pelantikan mengering.

Segera setelah ditetapkan sebagai Gubernur Terpilih pada bulan Januari, Gusnar Ismail menunjukkan karakter kepemimpinan yang tidak biasa. Ia menolak untuk menunggu.

Waktu yang ada dimanfaatkan untuk langsung tancap gas melakukan “gerilya” politik ke Jakarta. Ia menyadari bahwa setiap detik sangat berharga bagi kemajuan daerahnya.

Langkah agresif namun terukur ini diberi tajuk “Sekali Dayung Tiga Pulau Terlampaui“. Ini bukan sekadar slogan, melainkan sinyal kuat bahwa Gorontalo akan dipimpin dengan kecepatan tinggi, efisiensi, dan visi yang melampaui batas-batas birokrasi konvensional. Gusnar menemui sejumlah tokoh penting dan menteri teknis bahkan sebelum pelantikan resmi digelar.

Pada fase krusial ini, Gusnar Ismail melakukan pertemuan strategis dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur. Pertemuan ini menjadi fondasi awal untuk memastikan program infrastruktur Gorontalo masuk dalam radar prioritas nasional, mengingat keterbatasan APBD yang tidak mungkin menanggung beban pembangunan sendirian.

Gusnar menyadari sepenuhnya bahwa percepatan pembangunan daerah membutuhkan intervensi kuat dari pusat. Pertemuannya dengan Menko Infrastruktur adalah langkah cerdas untuk mengamankan dukungan anggaran dan kebijakan bagi proyek-proyek vital yang selama ini tertunda.

Konsolidasi di Lembah Tidar

Memasuki bulan Februari, fokus Gusnar semakin tajam. Pasca pelantikannya yang sempat tertunda sesaat namun berakhir manis, Gusnar tidak langsung duduk nyaman di kursi empuk kantor gubernur. Ia justru langsung mengikuti agenda Retreat Kepala Daerah di Akademi Militer (Akmil) Magelang bersama Presiden Prabowo Subianto.

Momen di Lembah Tidar tersebut dimanfaatkan Gusnar dengan sangat efektif. Ia menyelaraskan visi “Gorontalo Maju” dengan program prioritas nasional. Di sana, ia membangun kedekatan emosional (chemistry) dengan jajaran Kabinet Merah Putih, sebuah modal sosial yang tak ternilai harganya.

Di sela-sela kegiatan fisik dan mental di Magelang, Gusnar Ismail memperkuat jejaring dengan sesama kepala daerah dan petinggi partai pengusung. Ia memastikan bahwa Gorontalo siap menjadi garda terdepan untuk menyukseskan program Presiden, termasuk program makan bergizi gratis dan ketahanan pangan nasional.

Komitmen yang dibangun di Magelang ini menjadi modal besar Gusnar dalam melobi kementerian terkait di bulan-bulan berikutnya. Kepercayaan yang ia tanamkan kepada pemerintah pusat mulai menampakkan tunasnya saat ia kembali ke daerah.

Pondasi Ekonomi dan Konsep Agromaritim

Bulan Maret menjadi masa pembuktian awal ketika Gusnar mulai efektif berkantor. Ia langsung dihadapkan pada tantangan riil di lapangan, yakni fluktuasi harga jagung dan kerusakan infrastruktur. Namun, buah dari lobi awalnya mulai terlihat ketika pemerintah pusat memberikan atensi khusus pada persoalan infrastruktur pascabencana di Gorontalo.

Di tengah tantangan tersebut, Gusnar mulai menyusun skema “Agromaritim”. Ini adalah sebuah konsep besar yang mengintegrasikan potensi pertanian dan kelautan, yang kelak menjadi magnet utama dalam menarik perhatian Menteri Kelautan dan Perikanan untuk datang ke Gorontalo.

Pada bulan April, Gusnar Ismail kembali terbang ke Jakarta. Kali ini ia menemui Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, dan jajaran Sekjen Gerindra. Pertemuan ini bukan sekadar silaturahmi politik biasa, melainkan pembahasan serius mengenai nasib petani Gorontalo.

Dua komoditas unggulan, jagung dan kelapa, menjadi topik utama. Gusnar berhasil meyakinkan pusat bahwa ekonomi rakyat Gorontalo sangat bergantung pada stabilitas harga dua komoditas ini. Argumennya yang berbasis data kemudian mendapat restu politik untuk dikembangkan lebih lanjut melalui kebijakan nasional.

Maraton Lobi dan Kemenangan Infrastruktur

Diplomasi Gusnar semakin intensif dan memuncak pada bulan Mei. Ia melakukan roadshow maraton menemui tiga menteri sekaligus dalam waktu yang berdekatan. Salah satu yang paling krusial adalah pertemuan dengan Menteri Pekerjaan Umum (PU).

Dalam pertemuan dengan Menteri PU, Gusnar membawa serta para bupati se-Gorontalo. Ini adalah langkah kolaboratif yang jarang dilakukan pemimpin sebelumnya. Ia memaparkan kondisi infrastruktur pascabencana secara komprehensif demi memastikan anggaran perbaikan segera turun ke daerah.

Masih di bulan yang sama, Gusnar menemui Sandiaga Uno. Dalam pertemuan yang berlangsung hangat tersebut, mereka membahas strategi besar pembangunan pariwisata dan rencana ambisius pendirian Bank Daerah Gorontalo untuk kemandirian finansial daerah.

Puncak diplomasi bulan Mei terjadi saat Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, melakukan kunjungan kerja perdana ke Gorontalo. Kedatangan Menteri KKP ini adalah respons langsung dan cepat atas paparan konsep Agromaritim yang sebelumnya disampaikan Gusnar.

Menteri Trenggono disambut secara adat dan langsung meninjau potensi Pelabuhan Kwandang serta budidaya rumput laut di Gorontalo Utara. Ia mengaku kagum dengan potensi kelautan Gorontalo yang luar biasa.

Dukungan penuh (“All Out”) dinyatakan oleh Menteri Trenggono untuk pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang. Kesepakatan ini menjadi kemenangan besar bagi Gusnar Ismail dalam menjadikan Gorontalo sebagai simpul logistik maritim nasional.

Tidak berhenti di sektor kelautan, Gusnar juga “menggedor” pintu Kementerian Pertanian. Ia memaparkan strategi hilirisasi jagung dan pengembangan peternakan sapi skala besar, yang langsung mendapat respons positif berupa persetujuan program cetak sawah dan bantuan alsintan.

Pengakuan Kinerja dan Ketahanan Pangan

Memasuki bulan Juni, Gusnar Ismail kembali menuai hasil dari kerja keras reformasi birokrasinya. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memberikan pujian terbuka kepada Pemprov Gorontalo yang sukses masuk dalam 10 besar daerah dengan realisasi pendapatan tertinggi.

Apresiasi dari Mendagri ini memperkuat posisi tawar Gorontalo di mata pusat sebagai daerah yang taat asas, transparan, dan efektif dalam pengelolaan anggaran, memudahkan jalan bagi bantuan-bantuan selanjutnya.

Di bulan Juni pula, Gusnar menemui Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) yang juga menjabat sebagai Menko Pangan. Dalam pertemuan tersebut, Gusnar mendapat mandat khusus untuk memajukan sektor pangan Gorontalo.

Zulhas bahkan menyebut Gusnar sebagai “orang baik” yang diyakini mampu membawa Gorontalo lebih maju. Pernyataan ini merupakan dukungan moral dan politis yang sangat kuat bagi stabilitas pemerintahan Gusnar.

Fokus Gusnar kemudian beralih ke ekonomi kerakyatan dengan menemui Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi. Gusnar melaporkan progres pembentukan Koperasi Merah Putih di Gorontalo yang telah mencapai angka fantastis, yakni 94 persen, menjadikan Gorontalo sebagai pilot project nasional.

Hasil konkret dari pertemuan dengan Kementerian Pertanian sebelumnya mulai terwujud di bulan Juni. Bantuan cetak sawah seluas 5.000 hektare disetujui, dan Gusnar bersama Bupati Pohuwato Saipul Mbuinga langsung mengawal program ini di lapangan.

Ekonomi Kreatif dan Dukungan Politik

Pada bulan Juli, giliran sektor ekonomi kreatif yang digarap serius. Gusnar menemui Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, untuk memaparkan potensi kain Karawo dan kerajinan Upiya Karanji agar naik kelas.

Menteri Ekraf menyambut baik inisiatif tersebut dan menyatakan dukungan akselerasi potensi ekonomi kreatif Gorontalo. Dukungan ini nantinya bermuara pada penetapan Desa Tanggilingo sebagai desa kreatif binaan.

Gusnar juga memaparkan potensi wisata bahari, khususnya Hiu Paus dan keindahan bawah laut Gorontalo, kepada Wakil Menteri Pariwisata. Upaya ini dilakukan untuk memastikan pariwisata Gorontalo masuk dalam kalender event nasional.

Sebuah pertemuan bersejarah terjadi di bulan Juli ketika Gusnar bertemu dengan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan AHY di Museum SBY-ANI. Pertemuan ini menyimbolkan dukungan politik yang solid, di mana SBY meyakinkan publik bahwa Gusnar Ismail selalu berbuat baik untuk masyarakat.

Bulan Kunjungan Pejabat Pusat

Bulan Agustus menjadi bulan “panen” kunjungan pejabat pusat. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto, datang langsung ke Gorontalo untuk meresmikan Koperasi Desa Merah Putih di Hutadaa.

Mendes Yandri Susanto memuji kepemimpinan Gusnar yang mampu menyelesaikan pembentukan koperasi desa hingga 100 persen di tahap pertama, menyebutnya sebagai solusi sistematis pengentasan kemiskinan yang patut dicontoh provinsi lain.

Tak lama berselang, Wakil Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Silmy Karim, juga mendarat di Gorontalo. Diskusi melebar dari sekadar tinjauan lapas ke isu strategis pengawasan orang asing di sektor pertambangan dan dukungan Embarkasi Haji Penuh.

Isu Embarkasi Haji Penuh memang menjadi salah satu fokus utama Gusnar. Dukungan pun mengalir, termasuk dari Ketua Umum PBNU Gus Yahya yang saat berkunjung ke Gorontalo menyatakan dukungannya dengan tegas, “Saya Yes”.

Pada bulan Agustus pula, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Donny Ermawan melakukan kunjungan kerja yang disambut secara adat Mopotilolo, berkaitan dengan penguatan pertahanan wilayah dan dukungan kegiatan kepramukaan nasional.

Responsif Terhadap Aspirasi dan Pendidikan

Memasuki bulan September, Gusnar Ismail kembali menunjukkan taringnya dalam melobi pusat demi aspirasi rakyat. Menanggapi demonstrasi mahasiswa UNG, Gusnar memenuhi janjinya dengan membawa perwakilan mahasiswa bertemu langsung dengan Mendagri Tito Karnavian di Jakarta.

Langkah akomodatif ini berhasil meredam gejolak daerah dan menunjukkan gaya kepemimpinan Gusnar yang mendengarkan. Di bulan yang sama, ia juga menemui MenPAN-RB untuk memperjuangkan alih status IAIN Sultan Amai menjadi UIN, yang mendapat lampu hijau.

Gusnar juga bergerak cepat menemui Kepala BPH Migas untuk mengatasi kelangkaan BBM solar yang dikeluhkan nelayan. Respons cepat ini membuahkan hasil dengan adanya jaminan penambahan kuota dan pengaturan distribusi.

Bulan Oktober diwarnai dengan kehadiran Menko PM Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Wamen PPPA Veronica Tan. Kunjungan duo pejabat tinggi ini dalam rangka meluncurkan program “Sekolah Garuda Transformasi” di MAN Insan Cendekia.

Sinergi ini memperkuat posisi Gorontalo sebagai pusat pendidikan unggulan. Cak Imin menyebut Sekolah Garuda sebagai kekuatan baru menyongsong Indonesia Emas 2045, sementara Veronica Tan terpukau dengan semangat siswa-siswa di Gorontalo.

Budaya, Kesehatan, dan Penutup Tahun yang Gemilang

Bulan November menjadi panggung bagi kebudayaan Gorontalo dengan kedatangan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Menteri yang juga budayawan ini mendorong Gorontalo menjadi pusat pemajuan kebudayaan nasional setelah terkesan dengan tradisi lisan dan kuliner lokal.

Di bulan yang sama, Gorontalo kedatangan Duta Besar Australia, Rod Brazier. Kunjungan diplomatik ini membahas peluang beasiswa S3 dan kerja sama pembangunan, membuktikan kepercayaan dunia internasional terhadap kepemimpinan Gusnar.

Gusnar juga menerima penghargaan dari Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga atas keberhasilan menurunkan angka stunting. Penghargaan ini menjadi bukti efektivitas program intervensi gizi yang dikawal Gusnar bersama TP-PKK.

Memasuki bulan Desember, intensitas kunjungan semakin tinggi. Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas, datang meresmikan 770 Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di desa-desa, memuji Gorontalo ibarat “Cabai Rawit” yang kecil namun unggul kualitasnya.

Momen paling emosional dan bersejarah terjadi di bulan Desember saat Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan operasi bedah jantung terbuka pertama di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.

Tidak hanya itu, Penghargaan diberikan atas dukungan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam mempertahankan predikat Universal Healt Coverage (UHC) atau cakupan kepesertaan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Berdasarkan data BPJS Kesehatan, cakupan UHC di Provinsi Gorontalo pada tahun ini mencapai 100,98 persen dengan tingkat keaktifan 95,2 persen.

Cakupan UHC melebihi angka 100 persen disebabkan oleh mutasi atau perpindahan penduduk yang bertugas ke Gorontalo, serta adanya bayi yang baru lahir dan belum memiliki nomor induk kependudukan.

Keberhasilan operasi ini menjadikan Gorontalo provinsi ke-30 yang mampu melakukan bedah jantung terbuka. Ini adalah lompatan raksasa dalam dunia medis Gorontalo yang diperjuangkan Gusnar, sebagai kado terindah HUT ke-25 Provinsi.

Secara keseluruhan biaya layanan Kesehatan di Gorontalo mencapai Rp800 miliar per tahun, sedangkan iuran yang diterima hanyak Rp235 miliar pertahun.

Di penghujung tahun, Gusnar juga mengamankan dukungan dari Badan Pangan Nasional dan Bulog RI untuk pembangunan dryer dan gudang pangan modern, vital untuk menjaga kualitas jagung dan menstabilkan harga di tingkat petani.

Gusnar juga menerima kunjungan Kepala Bappenas yang dalam suasana santai menunjukkan kedekatan personal yang cair, memudahkan sinkronisasi program pusat dan daerah untuk tahun anggaran berikutnya.

Sepanjang tahun 2025, tercatat lebih dari 12 Menteri dan Wakil Menteri menginjakkan kaki di Gorontalo. Fakta ini menjadikan pemerintahan Gusnar-Idah sebagai magnet kuat bagi pemerintah pusat, selalu membawa “oleh-oleh” program dan anggaran.

Gusnar Ismail

Keberhasilan mendatangkan anggaran Rp50,6 miliar khusus untuk hilirisasi kelapa dan tebu menempatkan Gorontalo sebagai penerima anggaran hilirisasi terbesar dalam skema ABT 2025-2027, sebuah prestasi administratif yang luar biasa.

Program Koperasi Merah Putih juga berkembang pesat hingga merambah sektor pertambangan rakyat. Gusnar sukses mengadopsi model yang mendapat restu pusat untuk menjadikan koperasi sebagai wadah legalitas tambang, solusi cerdas atas konflik yang berlarut.

Di sektor perhubungan, lobi Gusnar kepada manajemen Garuda Indonesia memastikan kesiapan armada udara jelang PENAS Petani Nelayan 2026. Sementara itu, kunjungan Menteri Ekonomi Kreatif melahirkan “Hulonthalo Art and Craft Festival”.

Gusnar Ismail juga berhasil membawa pulang penghargaan BKN Award 2025 dan mempertahankan apresiasi pengendalian inflasi dari Mendagri, membuktikan reformasi birokrasinya berjalan di jalur yang tepat.

Menutup tahun 2025, peluncuran buku “Meniti Jalan Pengabdian” menjadi refleksi intelektual Gusnar. Keberhasilan melobi pusat juga terlihat dari cairnya dana bagi hasil dan pembayaran hak-hak ASN yang tepat waktu.

Isu pertambangan ditangani dengan melibatkan Kementerian ESDM untuk WPR dan IPR. Pembangunan Islamic Center juga dimulai dengan restu pusat. Semua pencapaian ini menegaskan status Gusnar Ismail bukan sekadar pemimpin daerah, melainkan diplomat ulung yang mengubah wajah Gorontalo menjadi panggung utama kebijakan nasional.

Baca berita kami lainnya di