READ.ID – Tahun 2025 menjadi tahun bersejarah bagi Provinsi Gorontalo. Pasangan Gusnar Ismail dan Idah Syahidah (GAS) tidak hanya memenangkan kontestasi politik, tetapi juga langsung tancap gas merealisasikan janji kampanye. Sorotan khusus tertuju pada Idah Syahidah Rusli Habibie, Wakil Gubernur perempuan pertama di Gorontalo, yang memainkan peran strategis, menjaga stabilitas politik, mengawasi pelayanan publik dengan ketegasan seorang ibu, hingga memimpin partai besar.
Berikut adalah rekam jejak perjalanan Idah Syahidah sepanjang tahun 2025 yang terbagi dalam empat triwulan:
Triwulan I (Januari – Maret): Awal Mandat dan Loyalitas Tanpa “Dua Matahari”
Awal tahun dibuka dengan dinamika penetapan pasangan terpilih. Pada Januari, Idah Syahidah bersama Gusnar Ismail sibuk melakukan lobi tingkat tinggi di Jakarta, bertemu para menteri seperti AHY hingga Tursandi Alwi untuk memastikan dukungan pusat bagi pembangunan Gorontalo.
Meski pelantikan sempat tertunda di bulan Februari, pasangan ini tetap solid menyiapkan visi-misi, termasuk pemeriksaan kesehatan di RSPAD.
Momentum besar terjadi di akhir Februari saat Gusnar Ismail dan Idah Syahidah resmi dilantik oleh Presiden Prabowo. Idah mencatatkan sejarah sebagai Wagub perempuan pertama.
Usai dilantik, Idah langsung menjalani prosesi adat Moloopu dan Mopotilolo, menandakan penerimaan secara adat dan kultural oleh masyarakat Gorontalo.
Memasuki Maret, di tengah euforia jabatan baru, Idah Syahidah langsung meletakkan dasar etika birokrasi yang kuat. Ia menegaskan pernyataan ikoniknya: “Tidak Ada Dua Matahari,” sebuah komitmen loyalitas bahwa tugasnya adalah membantu Gubernur, bukan menyaingi.
Komitmen efisiensi anggaran langsung dibuktikan. Idah menolak pengadaan mobil dinas baru dan memilih menggunakan kendaraan lama. Di bulan Ramadan ini, ia juga aktif turun ke pasar memantau harga, memastikan stok pangan aman, serta mulai memperkenalkan konsep kerja baru birokrasi seperti Work From Anywhere (WFA) di hari Jumat untuk efisiensi.
Triwulan II (April – Juni): Rekonsiliasi Politik dan Ketegasan Pelayanan Publik
Bulan April menjadi momen “Idul Fitri Politik”. Idah Syahidah menjadi jembatan rekonsiliasi yang ampuh. Hubungan cairnya dengan Wali Kota Gorontalo saat itu, Adhan Dambea, menjadi sorotan positif.
Adhan bahkan secara terbuka menyatakan dukungannya pada pasangan GAS karena sosok Idah. Momen Open House Idah dipenuhi ribuan warga, termasuk penyandang disabilitas, menegaskan citranya sebagai pemimpin inklusif.
Namun, sisi tegas Idah muncul di bulan Mei. Mendapat laporan buruknya pelayanan di RSUD Hasri Ainun Habibie, Idah melakukan inspeksi mendadak (sidak). Ia memberikan “peringatan terakhir” kepada manajemen rumah sakit dan menegaskan tidak boleh ada praktik jual beli kamar atau penelantaran pasien. Ia menuntut pelayanan didahulukan sebelum administrasi.
Pada bulan Juni, Idah memperluas fokusnya ke sektor ekonomi dan sosial. Ia aktif dalam peluncuran Koperasi Merah Putih di Gorontalo Utara sebagai pilar ekonomi desa. Ia juga meninjau perbatasan Gorontalo-Sulteng dan menyerahkan bantuan pangan (BLP3G).
Isu stunting dan perlindungan perempuan menjadi fokus utamanya, di mana ia dengan tegas menolak peleburan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) demi menjaga fokus penanganan masalah perempuan.
Triwulan III (Juli – September): Puncak Karier Politik dan Diplomat Ulung
Triwulan ketiga ditandai dengan pencapaian politik tertinggi Idah Syahidah. Pada bulan Juli, dalam Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Provinsi Gorontalo, Idah terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD I Golkar, menggantikan suaminya, Rusli Habibie. Ini mengukuhkan posisinya tidak hanya sebagai pejabat eksekutif, tetapi juga pemegang kendali politik legislatif yang dominan.
Di sektor pariwisata dan kepemudaan, Idah mencanangkan gerakan “Pariwisata Bersinar” (Bersih Narkoba) dan aktif dalam Celebes Scooter Party. Ia mendorong anak muda dan komunitas motor untuk taat hukum dan menjauhi narkoba.
Bulan Agustus dan September menonjolkan kemampuan diplomasi Idah. Ia berhasil melobi Wali Kota Adhan Dambea untuk penyediaan lahan pembangunan SMA Negeri 8, sebuah masalah yang sempat buntu.
Ketika terjadi demonstrasi mahasiswa besar-besaran di Bundaran HI Gorontalo, Idah bersama Gubernur dan Kapolda tidak ragu duduk di aspal, berdialog langsung dengan mahasiswa, meredam potensi kericuhan dengan pendekatan keibuan.
Triwulan IV (Oktober – Desember): Mengawal Program Nasional dan Sport Tourism
Memasuki akhir tahun, fokus Idah beralih pada pengawalan program strategis nasional Presiden Prabowo, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG). Sepanjang Oktober dan November, Idah sebagai Ketua Satgas MBG melakukan sidak dini hari ke dapur-dapur penyedia makanan (SPPG). Ia sangat detail memeriksa kebersihan, nilai gizi, hingga distribusi, memastikan tidak ada makanan basi atau tidak layak yang sampai ke anak sekolah.
Bulan November diwarnai sedikit dinamika internal terkait pelaksanaan Gorontalo Half Marathon (GHM) 2025, di mana nama Idah sempat tidak tercantum di medali. Namun, insiden ini mereda setelah Kadispora meminta maaf secara terbuka.
Idah menunjukkan kedewasaan politik dengan menyatakan polemik selesai dan GHM harus sukses. Meski sempat jadi isu liar dan terbaca ‘memecah belah’ Gusnar-Idah, namun Idah menujukkan kelasnya. Jangan coba-coba merusak harmonisasi Gusnar-Idah, isu itu berhenti dengan pemecatan Kadispora Provinsi Gorontalo.
Puncak tahun 2025 ditutup pada Desember dengan perayaan HUT Provinsi Gorontalo ke-25 dan HUT Korpri. GHM 2025 sukses besar dengan Idah sendiri turun sebagai peserta dan finisher kategori 5K. Ia juga mengawal peletakan batu pertama Gorontalo Islamic Center dan menutup tahun dengan memastikan keamanan Natal dan Tahun Baru serta menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk bencana di Sumatera.
Trend Isu dan Analisis Peran Idah Syahidah Tahun 2025
Berdasarkan data pemberitaan setahun penuh, berikut adalah Trend Isu utama yang melekat pada sosok Idah Syahidah:
Gaya Kepemimpinan “Keibuan tapi Tegas”
Idah membangun citra pemimpin yang mudah didekati (populis) namun sangat tegas dalam standar pelayanan. Trend ini terlihat jelas dari sidak RS Ainun dan pengawasan ketat dapur MBG. Ia tidak segan menegur keras jika menyangkut kesehatan dan keselamatan rakyat, namun sangat cair saat bertemu demonstran atau komunitas hobi.
Harmonisasi dan Loyalitas (Dwitunggal GAS)
Isu keretakan hubungan Gubernur-Wagub yang sering terjadi di daerah lain tidak terlihat dominan. Idah konsisten dengan narasi “Membantu Gubernur” dan “Tidak Ada Dua Matahari”. Konflik kecil seperti insiden medali GHM diselesaikan dengan cepat tanpa menjadi bola liar politik, menunjukkan kematangan dalam menjaga stabilitas koalisi.
Fokus pada Isu Kemanusiaan dan Sosial (Stunting & HIV/AIDS)
Trend isu yang konsisten dikawal Idah adalah kesehatan (Stunting dan HIV/AIDS) serta pemberdayaan perempuan. Peningkatan angka HIV/AIDS di kalangan remaja Gorontalo menjadi concern utamanya di akhir tahun, di mana ia mendorong edukasi seksual dan moral yang lebih masif.
Konsolidasi Kekuatan Politik
Terpilihnya Idah sebagai Ketua DPD I Golkar Gorontalo menegaskan bahwa ia bukan sekadar “ban serep” di pemerintahan. Ia memegang kunci stabilitas politik daerah. Kemampuannya merangkul lawan politik (seperti Adhan Dambea) menjadi aset besar bagi pemerintahan Gusnar-Idah dalam memuluskan program pembangunan (seperti izin jalan GHM dan lahan SMAN 8).
Pengawal Program Pusat
Idah memposisikan diri sebagai garda terdepan pengawal program Presiden Prabowo di daerah, khususnya Makan Bergizi Gratis (MBG). Keterlibatannya yang mendetail (mikromanajemen) dalam program ini menunjukkan keseriusan Gorontalo dalam menyukseskan agenda nasional.











