Kaleidoskop 2025: Erwinsyah Ismail, Transformasi “Mesin Tempur” dari Parlemen Botu Menuju Panggung Nasional

Erwinsyah Ismail
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

READ.IDTahun 2025 bukanlah tahun yang sunyi bagi seorang Erwinsyah Ismail. Bagi sebagian orang, waktu berjalan linier, namun bagi politisi muda ini, 2025 adalah sebuah sirkuit dengan tikungan tajam, lintasan lurus untuk memacu gas, dan terkadang, rintangan yang tak terduga. Sosoknya mendominasi berbagai lini pemberitaan, bukan hanya sebagai pembuat kebijakan, tetapi sebagai figur multidimensi.

Erwinsyah memegang tiga “kemudi” sekaligus yang menuntut fokus luar biasa. Pertama, sebagai Anggota DPRD Provinsi Gorontalo yang vokal di Parlemen Botu. Kedua, sebagai Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Provinsi Gorontalo yang memacu adrenalin dunia otomotif daerah. Ketiga, sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Gorontalo yang memegang komando strategi politik partai berlambang mercy tersebut.

Julukan “Mesin Tempur” yang melekat padanya bukan sekadar slogan kosong. Sepanjang 12 bulan, julukan ini teruji validitasnya. Ia bergerak dinamis, menabrak kemapanan birokrasi yang lambat, hingga bertahan dari hantaman isu miring yang mencoba mengerem lajunya. Dari advokasi kebijakan publik hingga gebrakannya di aspal panas, jejaknya terekam jelas.

Tahun ini juga menjadi titik balik penting dalam karier politiknya. Bukan lagi sekadar berbicara tentang regulasi daerah, Erwinsyah mulai meletakkan batu pijakan menuju Senayan.

Ambisi ini tidak muncul tiba-tiba, melainkan terkonsolidasi melalui serangkaian aksi nyata dan dukungan akar rumput yang menguat sepanjang tahun.

Berikut adalah rekam jejak lengkap perjalanan Erwinsyah Ismail menaklukkan tahun 2025, dirangkum dalam cerminan kaleidoskop akhir tahun.

Triwulan I: Fondasi Solidaritas dan Politik Kesejahteraan

Tahun 2025 dibuka dengan nada optimisme. Pada bulan Januari, Erwinsyah langsung tancap gas dengan menyoroti sektor ekonomi riil. Ia tidak hanya duduk di balik meja, melainkan aktif mendorong pembentukan Dinas Khusus UMKM.

Langkah ini dinilai strategis mengingat tulang punggung ekonomi Gorontalo bertumpu pada sektor usaha kecil yang kerap luput dari penanganan spesifik.

Di bulan yang sama, narasi politiknya mulai terdengar lebih dewasa dan inklusif. Di tengah polarisasi yang kerap terjadi di awal tahun, Erwinsyah justru menyerukan pesan persatuan.

Ia menekankan pentingnya menanggalkan warna-warni bendera politik ketika berbicara soal kesejahteraan nelayan dan masyarakat umum. Baginya, perut rakyat tidak mengenal warna partai.

Memasuki bulan Februari, suhu politik internal mulai menghangat seiring persiapan agenda nasional partai. Sebagai Ketua DPD Partai Demokrat, ujian kepemimpinannya dipertaruhkan.

Namun, Erwin berhasil membuktikan kelasnya dengan memastikan soliditas seluruh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) se-Gorontalo untuk satu suara mendukung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjelang Kongres.

Tak hanya sibuk di ruang rapat partai, Februari juga menjadi bulan di mana sisi “entertaimen” nya bersinar. Gelaran BFC Cup ke-11 sukses dihelat di bawah komandonya. Ajang turnamen sepakbola di kelurahan buladu ini bukan sekadar pertandingan biasa, melainkan pesta rakyat yang ke 3 kalinya di laksanakan Erwin.

Kemudian Erwin mengumumkan Kalender Event Otomotif IMI, Dengan hadiah ratusan juta rupiah, event yang dijadwalkan pasti berhasil menggerakkan ekonomi mikro di sekitar sirkuit dadakan. Ribuan pasang mata terhibur, membuktikan bahwa IMI di bawah kendali Erwin mampu memadukan olahraga prestasi dan hiburan masyarakat (sportainment).

Bulan Maret membawa nuansa yang lebih religius namun tetap kritis. Menjelang Ramadan, Erwin tampil sebagai penjaga tradisi lokal. Ia memberikan dukungan penuh dan mengajak masyarakat untuk melestarikan tradisi “Koko’o”, sebuah budaya membangunkan sahur yang khas, memastikan identitas Gorontalo tidak tergerus zaman.

Namun, ketenangan bulan Maret terusik oleh dinamika di parlemen. Isu miring berhembus kencang, menuduh dirinya menghambat pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Deprov dengan dalih anggaran. Tuduhan ini berpotensi merusak citranya sebagai wakil rakyat.

Erwin menepis isu tersebut dengan elegan namun tegas. Ia membuktikan komitmennya dengan tetap fokus menerima aspirasi yang jauh lebih mendesak, yakni terkait Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Bersama aliansi pemuda, ia duduk bersama mencari solusi agar kekayaan alam tidak menjadi kutukan bagi lingkungan, sembari tetap memikirkan nasib para penambang rakyat.

Triwulan II: Ketegasan Legislator dan Manuver Pendidikan

Memasuki April, tensi hubungan antara eksekutif dan legislatif memanas. Sebuah friksi yang melibatkan pernyataan Walikota kepada Gubernur memicu polemik. Muncul kalimat “Jangan Takut Sama Erwin!” yang seolah menempatkan Erwin sebagai sosok antagonis bagi eksekutif.

Alih-alih terpancing emosi, Erwin menanggapi hal tersebut dengan kepala dingin. Ia mengeluarkan pernyataan retoris yang menohok, “Saya Bukan Anak Kecil Lagi”. Respons ini justru menaikkan wibawanya, menunjukkan kematangan emosional dalam berpolitik dan bahwa kritiknya selama ini murni urusan substansi, bukan personal.

Di bulan yang sama, ia kembali ke lintasan. Sukses menjadi motor penggerak Kejurnas Drag Bike Seri 1, Erwin membuktikan kapasitas manajerialnya. Ia mampu mengelola event berskala nasional, membawa nama harum Gorontalo di kancah olahraga otomotif Indonesia.

Erwinsyah Ismail

Bulan Mei ditandai dengan keterlibatannya dalam penguatan ekonomi makro daerah. Dalam Musyawarah Provinsi (Musprov) V Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Gorontalo, Erwin hadir mendorong terbentuknya kepengurusan yang kolaboratif. Ia sadar, politik tanpa dukungan ekonomi yang kuat akan pincang.

Fokus kerjanya di Komisi II DPRD pun kian tajam pada bulan ini. Tidak hanya menerima laporan di kantor, ia turun langsung ke lapangan. Bone Bolango menjadi saksi ketika Erwin meninjau distribusi pupuk bersubsidi, memastikan petani mendapatkan haknya di masa tanam.

Isu pertambangan kembali ia sentuh di bulan Mei. Kali ini, ia mengawal ketat penerbitan Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Visinya jelas: legalitas tambang harus bermuara pada kesejahteraan rakyat lokal, bukan sekadar menjadi pintu masuk bagi eksploitasi yang tidak bertanggung jawab.

Bulan Juni menjadi panggung bagi Erwin untuk menyuarakan isu pendidikan. Mengawali masa reses, ia melontarkan kritik konstruktif dan ide brilian terkait dana *Corporate Social Responsibility* (CSR) perusahaan.

Ia mendesak agar dana tersebut dialihkan secara masif untuk beasiswa anak petani yang kurang mampu.

Masih di sektor pendidikan, ia mengkritik keras sistem Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) yang dianggapnya tidak merata dan menyulitkan putra daerah. Keberpihakannya pada akses pendidikan menjadi nilai tambah di mata konstituen muda dan orang tua mahasiswa.

Tak berhenti di situ, jangkauan lobinya meluas hingga lintas provinsi. Erwin terbang ke Jakarta, ikut serta melobi DPRD DKI Jakarta untuk mendorong sastrawan besar H.B. Jassin ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Ini adalah bentuk penghormatan tertinggi seorang politisi Gorontalo terhadap tokoh literasi tanah kelahirannya.

Kepedulian lingkungan menutup aktivitasnya di Triwulan II. Di daerah pemilihannya, ia tidak sekadar bicara soal adipura, tapi memberikan solusi konkret mengatasi masalah sampah dengan menyalurkan bantuan armada motor Viar, memudahkan operasional petugas kebersihan di gang-gang sempit.

Triwulan III: Ujian Fisik, Mental, dan Kebangkitan

Juli datang dengan citra baru yang semakin kuat. Publik mulai melabeli Erwin sebagai “Nafas Baru Politik Gorontalo”. Julukan ini lahir dari konsistensinya hadir di tengah masalah rakyat. Ia tidak berjarak, mudah ditemui, dan responsif.

Aksi nyatanya terlihat saat ia menggelar pasar murah di Kelurahan Buladu. Di tengah fluktuasi harga bahan pokok, kehadiran pasar murah ini menjadi oase bagi ibu-ibu rumah tangga. Erwin hadir langsung, menyapa, dan memastikan distribusi berjalan tertib.

Ia juga melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke ritel-ritel modern. Misinya satu: memastikan tidak ada beras oplosan yang beredar. Perlindungan konsumen menjadi prioritasnya, sejalan dengan dukungannya terhadap program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan Presiden Prabowo, menunjukkan keselarasan langkahnya dengan pusat.

Namun, bulan Agustus membawa awan kelabu. Sebuah insiden mengejutkan terjadi di Pohuwato. Gelaran Drag Race yang seharusnya menjadi pesta prestasi berubah menjadi tragedi ketika panggung utama roboh.

Kecelakaan itu tidak pandang bulu. Sejumlah pejabat terluka, termasuk Erwinsyah sendiri. Insiden ini menjadi pukulan telak, memicu penyelidikan kepolisian terkait kelalaian panitia. Bagi seorang Ketua IMI, ini adalah ujian berat pertanggungjawaban publik dan keselamatan.

Meski fisik terluka, mental petarungnya tidak surut. Dalam kondisi pemulihan, ia tetap menjalankan tugas legislatif secara profesional. Ia meninjau lokasi Galian C di Botubarani, memastikan aktivitas pertambangan batuan mematuhi aturan lingkungan.

Di bulan Agustus pula, ia melontarkan kritik tajam terkait tata kelola pangan. Erwin menyoroti kerugian daerah akibat posisi Bulog Gorontalo yang secara struktural masih menginduk ke Sulawesi Utara. Ia menuntut kemandirian agar stok dan harga pangan di Gorontalo bisa dikendalikan lebih cepat tanpa birokrasi panjang.

Bulan September menjadi momentum kebangkitan pasca-tragedi. Erwin membalas keraguan dengan prestasi gemilang: IMI Fest All Automotive Gorontalo 2025. Acara ini sukses besar dan mendapat apresiasi langsung dari Menteri Ekonomi Kreatif, membuktikan bahwa Gorontalo mampu menjadi tuan rumah *event* kreatif otomotif berkelas.

Momentum HUT ke-24 Partai Demokrat juga dimanfaatkan dengan cerdas. Ia menegaskan komitmen “Kawal Pembangunan, Rawat Kolaborasi”. Pesan ini menyejukkan suhu politik lokal, menempatkan Demokrat sebagai mitra kritis namun solutif bagi pemerintah daerah.

Jejaring nasionalnya di dunia otomotif kian tak terbantahkan. Pada bulan ini, pengaruh Erwin turut andil dalam mengantarkan mantan pembalap nasional, Moreno Soeprapto, memimpin IMI Pusat. Sinergi antara Erwin di daerah dan Moreno di pusat menjanjikan masa depan cerah bagi otomotif Gorontalo.

Triwulan IV: Menatap Senayan dengan “Only The Strong”

Erwinsyah Ismail

Triwulan terakhir 2025 menjadi periode yang paling intens dan menentukan. Pada bulan Oktober, badai kritik kembali menerpa. Penggunaan dana Pokok Pikiran (Pokir) untuk kegiatan IMI dipertanyakan oleh sebagian pihak, ditambah lagi dengan beredarnya potongan video viral dirinya yang tertidur saat rapat paripurna.

Serangan di media sosial begitu masif. Namun, Erwin memilih menjawab kritik bukan dengan klarifikasi defensif, melainkan dengan karya monumental. Ia hadir sebagai pembicara pada Gorontalo Youth Summit 2025, sebuah forum megah yang belum pernah ada sebelumnya.

Acara ini menghadirkan tokoh nasional seperti Saraswati Djojohadikusumo. Di hadapan ribuan anak muda secara virtual, Erwin merancang visi “100 Tahun Gorontalo”. Forum ini berhasil membalikkan persepsi publik, dari isu negatif menjadi kekaguman atas visi jauh ke depan yang dimilikinya.

Bulan November menjadi titik balik bersejarah dalam karier politiknya. Dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Partai Demokrat, seluruh kader bulat menyatukan suara. Satu nama diteriakkan untuk mewakili Gorontalo di pusat Erwinsyah Ismail.

Aspirasi ini dikukuhkan menjadi keputusan partai untuk mengusungnya sebagai Calon Anggota DPR RI pada Pemilu 2029. Slogan “Only The Strong” dan julukan “Mesin Tempur” menggema di ruangan Rakerda, menandai kesiapan mesin partai untuk bekerja maksimal.

Sebagai bentuk keseriusan menuju Senayan, Erwin mulai menyuarakan isu-isu yang membutuhkan intervensi pusat. Ia memperjuangkan pembangunan Jalan Pinogu, sebuah daerah terisolir yang merindukan akses layak. Suaranya lantang menuntut keadilan infrastruktur.

Nasib guru honorer juga tak luput dari perhatiannya di bulan November. Ia membawa kabar gembira dan terus mengawal kepastian status kerja mereka di tahun mendatang. Erwin paham betul, guru adalah kunci kemajuan sumber daya manusia Gorontalo.

Menutup tahun 2025, pada bulan Desember, Erwin kembali ke basis konstituennya di Kota Gorontalo. Ia tidak ingin mengakhiri tahun hanya dengan wacana. Sebanyak 1.001 paket bantuan pangan disalurkan kepada warga yang membutuhkan.

Erwinsyah Ismail

Ia juga menggelar pasar murah menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru), langkah antisipatif untuk menjaga daya beli masyarakat di akhir tahun. Sentuhan personalnya kepada warga menjadi penutup yang manis bagi aktivitas sosialnya tahun ini.

Dalam peringatan HUT ke-25 Provinsi Gorontalo, Erwin tampil di podium dengan seruan menggugah. Ia meminta pemuda untuk tidak apatis dan mengambil peran strategis dalam pembangunan. Pesan ini seolah menjadi estafet semangat dari dirinya kepada generasi pelanjut.

Tahun 2025 ditutup oleh Erwinsyah Ismail dengan sebuah portofolio lengkap. Ia telah melewati dinamika lokal di parlemen Botu yang penuh intrik, merasakan panasnya aspal sirkuit dengan segala risikonya, hingga kini menggenggam mandat partai. Mata sang “Mesin Tempur” kini tak lagi hanya menatap jalanan Gorontalo, melainkan menatap lurus ke Senayan, membawa harapan ribuan rakyat di pundaknya.

Baca berita kami lainnya di