Sekolah Matahari Untuk A-RA, Karya Godswill Inc

banner 468x60

“Tidak mengapa kalau Ara tidak sekolah, yang penting lubang atap rumah ini jangan ditutup. Supaya Ara bisa berjumpa lagi dengan alien (Dewi Padi.red) lagi”

READ.ID, – Keterbatasan ekonomi membuat dirinya harus berkorban untuk tidak sekolah, dan memilih lebih mendukung kakaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Titik jenuh itu pun tiba, dimana ia terus bertanya soal pendidikan yang dijalani sang kakak. Dialah Ara, bocah gadis kecil asal Kelurahan Tanggi Kiki, yang bermimpi meraih ilmu pendidikan di sekolah matahari.


banner 468x60

Setiap hari mentari pagi terus menyambut dirinya, dan ia temukan kakaknya sudah tak lagi berada disampingnya, karena harus berakat sekolah. Dikala malam hari tiba, dirinya hanya bisa berbaring membelakangi kakaknya yang sedang belajar mengerjakan tugas sekolah. Sikap ikhlasnya pun menempuh batas akhir, dimana ia mulai menemukan kejenuhan atas kesunyian yang ia alami. Sampai-sampai ia mulai bertanya soal aktivitas pendidikan, yang dilakoni sang kakak.

“Kak Mun sekarang sudah kelas empat, sementara tinggi Ara sudah seperti Kak Mon,” ungka Ara.

Suatu saat karunia itu hadir dibalik lubang atap rumah mereka, yang mengeluarkan sinar mentari pagi dan mengenai wajahnya. Mau dibilang hanya khayalan, tetapi bagi Ara itu adalah kenyataan. Sosok Dewi Padi menghampiri hidupnya, dan mengajak meraih ilmu di sekolah matahari. Belajar dan bermain pun turut Ara dapatkan dari sekolah matahari ini.

Suatu hari, lubang atap rumah pembawa karuia itu akan ditutup oleh Ibunya. Rasa gelisa dan tidak terima pun lahir dari benaknya, dan meminta kepada kakaknya untuk memeritahukan kepada ibunya, agar tidak menutupi lubang atap rumah mereka.

“”Tidak mengapa kalau Ara tidak sekolah, yang penting lubang atap rumah ini jangan ditutup. Supaya Ara bisa berjumpa lagi dengan alien (Dewi Padi.red) lagi, dan bisa sekolah di sekolah matahari,” ungkap Ara kepada kakaknya.

Sepenggal cerita kisah bocah gadis kecil dalam film Ara ini, sangat menginspirasi semua masyarakat Gorontalo, karena memberikan pesan dan kesan hebat. Dimana pendidikan bagi anak usia dini sangat penting, sebab masa depan emas bangsa dan daerah ada ditangan mereka.

Film diciptakan oleh Ratuifa, mahasiswi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo ini, bermula ketika ia bersama ke empat rekannya kembali dari liburan. Tujuannya hanya satu, yakni ingin berkarya dan memberikan inspirasi hidu dan kehidupan bagi semua orang.

Memang tidak mudah bagi mereka untuk membuat film tersebut, dengan jangka waktu tiga bulan terhitung sejak Januari hingga akhir Bulan Maret. Selain dua diantara mereka masih duduk di bangku kuliah dan berbeda perguruan tinggi, tiga orang lainnya sudah bekerja.

Menyamakan persepsi dan waktu, salah satu kendala utama dalam pembuatan Film A-ra. Akan tetapi kata Ratuifa, merek sangat bangga dan puas, karena bisa menciptakan karya yang begitu hebat bagi anak negeri. Menariknya ini merupakan kali pertama mereka membuat film pendek, dengan durasi 14.51 menit, dan berhasil meraih peringkat satu dalam lomba Short Movie yang digelar Dwi Setyo Prodakction di Gorontalo.

“Pemeran Ara dalam film Siti Yasin, siswa salah satu sekolah dasar di Kota Gorontalo, pemeran Kak Mon yakni Nur’Ain Yasin, siswi di salah satu SMP di Kota Gorontalo. Sedangkan Purti Padi diperankan oleh Dewi Henga, sementara itu Lisnawati Nasadi memerankan sebagai Mama,” ungkap Ratuifa.

Dari ajang tersebut ada empat The Best yang diraih mereka, diantaranya sebagai terbaik dalam pembuatan naskah, sutradara terbaik, film pendek terbaik dan terkahir artis terbaik. Penghargaan tertinggi bagi mereka, bukan sebuah pengalungan medali atau pemberian bonus dan sertifikat tinggi. Namun kata Ratuifa, adalah bagaiman pesan dan kesan dari film yang mereka buat, bisa sampai ke masyarakat dan menjadi motivasi hidup dan kehidupan masyarakat.

“Yang terpentig itu, kami bisa memberikan pendidikan kepada masyarakat, melalui hasil karya kami. Selain saya sendiri, rekan yang terlibat dalam pembuata film ini diantaranya, Astrid Budiman asal Bolsel, Ibrahim Tahir dari Sulsel, Abdurahman dari Gorontalo, Abay Makassar,” tuturnya.*****

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60
banner 728x90

Leave a Reply