Varian Baru SARS-CoV2 Merebak, Masyarakat Diminta Jangan Khawatir

SARS-CoV2
banner 468x60

READ.ID – Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Reisa Broto Asmoro, meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap mutasi sub varian baru SARS-CoV2 yaitu BA.4 dan BA.5.

Hingga saat ini sirkulasi dari kedua sub varian tersebut telah mendominasi penularan di Indonesia.


banner 468x60

Meski begitu masyarakat diimbau tetap waspada dan menguatkan protokol kesehatan (Prokes) di keseharian, agar terhindar dari sub varian baru yang telah mulai ada sejak 18 Juli 2022 tersebut.

“Dan sub varian baru tersebut sudah dikategorikan ke dalam VoC. Perbedaan-perbedaan yang muncul pada varian varian baru ini perlu kita Cermati bersama, karena karakteristiknya beda-beda,” kata Reisa saat memberikan keterangan pers, Jumat (5/8/2022).

Pada kesempatan tersebut, Reisa juga menjelaskan ketika muncul varian yang meningkatkan resiko penularan seperti keparahan penyakit, kematian, atau yang mempengaruhi keefektifitas vaksin, maka akan masuk ke dalam kategori Varian of Concern atau VoC.

Ia mencontoh SARS-CoV2 varian Alfa, resiko penularannya cukup tinggi, namun keparahan penyakitnya terbilang lebih ringan dibandingkan varian Delta. Selain itu resiko reinfeksi atau penularan kembalinya lebih rendah.

Sedangkan pada varian Omicron, lanjut Reisa ternyata lebih mudah penularannya dibanding Alfa dan Delta yang sebelumnya mendominasi Indonesia. Tetapi gejala yang muncul umumnya lebih ringan dibandingkan yang sebelumnya.

“Meski demikian kemungkinan reinfeksinya jauh lebih tinggi pada varian Omicron dibandingkan varian varian sebelumnya. Inilah yang harus kita waspadai, apalagi terkait dengan fakta terjadinya kenaikan gelombang COVID-19 setiap kali varian baru muncul dan mendominasi,” kata Reisa.

Reisa pun mengingatkan bahwa mutasi demi mutasi yang terjadi pada virus SARS-CoV2, penyebab COVID-19 ini merupakan hal yang alamiah dari sifat virus, yang menggunakan tubuh manusia sebagai inang.

Untuk memperbanyak dirinya, katanya, kerapkali menghasilkan kesalahan dalam pengkopian kode genetik. Sehingga seringkali muncul varian atau sub varian baru.

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60
banner 728x90