Bayi Zahara Meninggal Dunia, Ombudsman Soroti Pelayanan Puskesmas Popayato

banner 468x60

READ.ID – Nasib malang seorang bayi perempuan bernama Zahirah Salsabila Amalia Usman asal Kecamatan Popayato, yang meninggal dunia diduga akibat kelalaian Tenaga Kesehatan (Nakes) di Puskesmas setempat, mendapat perhatian dari berbagai pihak. Diantranya Ombudsman RI Perwakilan Gorontalo.

Lembaga yang memiliki fungsi pengawasawan terkait peyanaan publik tersebut, sangat menyayangkan nasib naas yang di alami bayi malang tersebut.


banner 468x60

Pj. Ombudsman RI Perwakilan Gorontalo, Wahyudin Mamonto menyampaikan, seharusnya ada mekanisme baku mengatur tentang penanganan pasien yang membutuhkan penanganan khusus.

“Selain itu profesionalitas dari setiap petugas kesehatan di Puskesmas pun perlu diperhatikan,”ungkanya, Kamis (09/05/2024)

Dimana, Menurut Wahyudi, dua hal di atas sangat penting dan menjadi bagian komponen utama dalam memberikan pelayan yang berkualitas.

Selanjutnya, dugaan kelalaian yang dilakukan Tenaga Kesehatan (Nakes) itu disayangkan bisa terjadi mengingat di Kabupaten Pohuwato sendri, dari 16 Puskesmas yang ada Kesemuanya telah terakrediatasi.

“Tapi kenapa masih ada kejadian seperti ini? Jadi, kita lihat saja seperti apa fakta yg kita peroleh,”tuturnya

Sebelumnya, dijelaskan Mulyanto Usman, orang tua Zahirah pada (02/04), istrinya masuk ke Puskemas Popayato dan melahikan pada sore hari dengan kondisi berat badan bayi 2,3 Kilogram.

Sementara, menurut Mulyanto sesuai penjelasan dokter bayi yang berat badanya dibawah 2,5 harus segera di rujuk untuk mendapatkn penanganan lebih.

“Padahal kata dr. Dian, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Bumi Panua, bayi yang lahir dengan berat badan rendah di bawah 2,5 kilo itu harus dirujuk ke rumah sakit, tapi anak saya tidak mendapatkan rujukan itu dari Puksesmas,”bebernya

Lanjut Mulyanto, usai dilahirkan, sang anak sempat dimasukan dalam incubator. Namun hanya selang 15 menit di dalam bayi tersebut di lalu dikeluarkan.

Mulyanto yang awalnya mengeluhkan, menjadi diam saat dijelaskan bahwa incubator tersebut akan digunakan untuk penanganan pasien lain.

“Waktu itu anak saya dimasukan di incubator, tapi Cuma 15 menit. Saya sempat protes, tapi kata perawat saat itu, ada pasien yang melahirkan lagi sehingga anak saya terpaksa harus dikeluarkan dari incubator,”terangnya

Keesokan harinya Rabu (03/04), Mulyanto, istri dan anaknya yang baru dilahirkan itu, dipersilahkan pulang ke rumah oleh dokter tanpa ada catatan apapun, atau pesan untuk mereka dan selama berada di rumah hanya sekali menerima layanan kesehatan tes darah kepada zahirah.

Namun tepat tanggal (13/04), sang anak harus larikan lagi ke Puskes Popayato dikarenakan kesehatanya memburuk, namun mendapatkan pelayanan yang kurang mengenakkan bagi Mulyanto.

“Perut anak saya bengkak dan tanggal 13 itu kami bawa lagi ke Puskesmas. Sekitar jam 8 malam, kata petugas saat itu anak saya akan dirujuk. Saya tunggu sampai keesokan paginya jam 9, saya tanya lagi. Mereka menjawab bahwa, sebenarnya semalam sudah dirujuk, hanya saja petugasnya ketiduran,”pungkasnya

Ditanggal (14/04), sang anak dirujuk ke RSUD-BP. Dengan kondisi yang makin memburuk, Bayi Zahirah kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Kandou. Sayangnya, usai mendatapkan penanganan medis intensif di RS tersebut, bayi dari pasangan Mulyanto Usman dan Wirnawati Gule itu meninggal dunia pada Minggu (05/05).

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60
banner 728x90