Arafah Tempat Air Mata dan Doa Menyatu: Kisah Haru Jemaah Haji Gorontalo

READ.ID,- Langit Arafah siang itu tak terlalu terik, namun suasana begitu syahdu. Dari tenda-tenda putih yang berjejer rapi di padang Arafah, suara tangis dan dzikir terdengar bersahutan. Di sanalah, para jemaah haji asal Gorontalo berpakaian serba putih tanpa perbedaan status menengadah, memohon ampunan, memohon kasih.

Puncak ibadah haji, wukuf di Arafah, bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah pertemuan jiwa-jiwa yang haus ampunan dengan Rabb-nya. Hari itu, Kamis (5/6/2025), menjadi momentum sakral yang membalut ratusan jemaah Gorontalo dalam suasana haru penuh makna.

Khutbah wukuf disampaikan oleh Ustaz Abdurrahman Abubakar Bahmid, tokoh ulama kharismatik yang juga dikenal sebagai pembimbing spiritual jemaah. Suaranya tenang, namun tegas. Dalam khutbahnya, ia mengingatkan kembali makna terdalam dari Arafah.

“Tidak ada hari di mana Allah lebih banyak membebaskan hamba dari neraka dibanding hari Arafah,” kutipnya dari sabda Rasulullah SAW. “Semoga Allah menerima haji kita, membebaskan kita dari dosa, dan menjadikan setiap sujud, dzikir, dan air mata kita di Arafah sebagai saksi cinta kepada-Nya.”

Tak sedikit jemaah yang menyeka air mata. Sebagian lainnya terdiam dalam khusyuk, menunduk dalam dzikir panjang yang dipandu oleh Ustaz Muhammad Nawir Thamrin. Kalimat talbiyah menggema seolah menjadi napas kolektif mereka yang hadir:
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik…”

Usai khutbah dan doa bersama, jemaah menunaikan salat dzuhur dan ashar secara dijamak dan qasar, dipimpin oleh imam Ustaz Yaser Arafat Dama. Setelahnya, mereka tenggelam dalam zikir dan munajat pribadi hingga matahari perlahan condong ke barat, pertanda magrib segera menjelang.

Sebelum pelaksanaan wukuf, semangat jemaah Gorontalo mendapat suntikan semangat dari perwakilan Gubernur Gorontalo, Masran Rauf, yang hadir sebagai Petugas Haji Daerah. Ia menyampaikan pesan Gubernur Gusnar Ismail, seraya mengungkapkan rasa syukur karena seluruh jemaah dalam kondisi sehat dan siap menjalani rangkaian ibadah puncak.

“Kita doakan semoga semua meraih predikat haji mabrur. Ini bukan hanya perjalanan fisik, tapi perjalanan spiritual menuju Allah,” ujar Masran dalam sambutannya yang ringkas namun menguatkan.

Arafah hari itu menjadi saksi: manusia datang dari berbagai penjuru bumi, membawa dosa dan harapan. Tapi di sana pula, mereka berangkat pulang dengan hati yang lebih bersih. Bagi jemaah haji asal Gorontalo, Arafah bukan hanya nama tempat. Ia adalah ruang suci di mana segala rindu dan resah dilepaskan dalam pelukan langit.*****

Baca berita kami lainnya di

Exit mobile version