READ.ID – Menghadapi ketidakpastian global yang berdampak pada sektor pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) gencar mendorong peningkatan produksi pangan lokal. Langkah ini dinilai krusial untuk menjaga ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat produksi dalam negeri dan hilirisasi produk pertanian.
“Kita harus optimalkan dan dorong produksi dalam negeri untuk mencapai kemandirian pangan,” tegas Arief.
Perubahan iklim yang semakin ekstrem menjadi salah satu ancaman serius bagi produksi pangan global. Untuk mengantisipasi hal ini, Bapanas telah menyiapkan berbagai strategi, termasuk peningkatan cadangan pangan nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 125.
“Kita harus siap menghadapi berbagai kemungkinan, termasuk penurunan produksi pangan akibat perubahan iklim,” ujar Arief.
Salah satu fokus utama Bapanas adalah menjaga stabilitas harga produk pertanian, khususnya beras. Pemerintah telah menetapkan harga pembelian gabah pemerintah (HPP) untuk melindungi petani dari fluktuasi harga pasar.
“Kita tidak ingin petani dirugikan dengan harga gabah yang rendah. Bulog siap menyerap hasil panen petani dengan harga yang layak,” tegas Arief. Bapanas menargetkan harga gabah tidak boleh turun di bawah Rp6.000 per kilogram.
Selain meningkatkan produksi, Bapanas juga mendorong hilirisasi produk pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk Indonesia di pasar global. Dengan hilirisasi, nilai tambah produk pertanian akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan membuka lapangan kerja baru.
Pemerintah memiliki ambisi besar untuk menjadikan Indonesia tidak hanya sebagai negara yang swasembada pangan, tetapi juga menjadi pemain penting di pasar pangan global. Dengan meningkatkan produksi dan kualitas produk pertanian, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan ekspor dan devisa negara.