READ.ID – Kebijakan dilakukan pemerintah yang mewajibkan pelaku perjalanan harus memiliki surat keterangan sehat kini memunculkan pelaku bisnis rapid test.
Sejak tidak diperpanjangnya pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Gorontalo, Rapid test mandiri saat ini menjadi sangat penting karena menjadi persyaratan warga bisa masuk keluar daerah. Namun biaya pemeriksaan rapid test dianggap mahal oleh para warga.
Di Gorontalo sendiri, penyediaan rapid test mandiri tidak dilakukan di rumah sakit ataupun di Puskesmas karena pemerintah Provinsi Gorontalo hanya memberikan kebijakan bahwa, penggunaan rapid test secara gratis hanya dikhususkan bagi pasien Covid-19, warga yang dicurigai terpapar covid-19 maupun tracking kontak pasien.
Hanya saja fasilitas kesehatan yang menyediakan rapid test mandiri hanya terdapat di sejumlah klinik laboratorium swasta seperti klinik Biozigma Gorontalo dan klinik prodia Gorontalo.
Berdasarkan hasil wawancara Read.id dengan salah satu klinik kesehatan yakni pihak Biozigma, tarif rapid test mandiri yang dikeluarkan dengan harga berbeda. Artinya tarif rapid test yang diberikan berbeda kepada pengguna tranportasi.
Untuk warga yang ingin keluar daerah dengan via pesawat, harga pemeriksaan rapidnya Rp 350.000, via kapal laut Rp 275.000 dan via darat harganya Rp 250.000.
Pimpinan Biozigma, Muhammad Arfah menjelaskan, perbedaan harga rapid karena menyesuaikan dengan kondisi ekonomi masyarakat bagi pelaku perjalanan, baik darat, laut, dan udara itu memiliki perbedaan.
“Pesawat itu Rp 350 ribu, acuannya itu 80 persen penumpangnya adalah pelaku bisnis. Kalau di pelabuhan itu Rp 275 ribu. Sementara di darat itu 250. Darat itu kebanyakan orang-orang supir makanya kita turunkan ke bawah lagi,” kata Muhammad Arfah, Sabtu (27/06).
Kata Arfah, ketersediaan pemeriksaan rapid test juga sebelumnya sudah dibicarakan kepada gugus tugas, dinas perhubungan, ataupun dinas kesehatan.
Pihaknya hadir untuk membantu pemerintah dan masyarakat. Karena pemeriksaan rapid saat ini hanya akan dilakukan pemerintah kepada kategori pasien Covid-19. Sementara tidak kepada pelaku perjalanan.
Ia menjelaskan kehadiran pihaknya bukan karena ada MOU atau kerja sama secara tertulis dengan pihak pemerintah. Keberadaan Biozigma sendiri, yakni atas dasar tawaran saja kepada gugus tugas Covid-19 di Gorontalo.
Ketika ditanyai mengenai keuntungan pihak perusahan dari bisnis rapid test, ia menjawab besaranya tidak seberapa. Kata dia, hanya kisaran 10 persen sampai 20 persen dari setiap alat rapid test tersebut.
“Kalau di darat tidak sampai 10 persen. Kalau di bandara itu 20 persen. Kalau keuntunan kepada pemerintah itu tidak ada. Kemudian, satu lagi, kita juga mengeluarakan surat keterangan kesehatan. Tenaga medis itu dari biozigma sendiri,” ungkapnya.
Sementara ada 6 orang tenaga medis dari klinik Biozigma yang disebarkan di perbatasan darat. Kemudian, Bandara DJalaludin 4 orang, Pelabuhan Feryy 4 orang, dan di Terminal Dungingi 2 orang.
“Saat ini kami menyediakan rapid test di perbatasan, karena ingin membantu warga yang masuk di Gorontalo. Tidak mungkin orang yang dari manado itu harus balik lagi jika mereka tidak melakukan rapid. Makanya kita bantu, kita hadir di sana, tapi itu atas pengetahuan semuanya terutama gugus tugas,” pungkasnya.
(Wahyono/Aden/Read)