READ.ID – Gonjang ganjing jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2020 di Kota Bukittinggi sangatlah menarik disimak dan diikuti.
Hampir setiap hari status dari warganet di Media Sosial khususnya Facebook dilakukan oleh penggiat demokrasi di Kota Wisata tersebut.
Tak jauh dari persoalan yang menyangkut petahana, dalam hal ini Wali Kota Bukittinggi Ramlan Nurmatias yang sudah dipastikan maju kembali berpasangan dengan Dt Palang Gagah ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Bukittinggi.
Dalam sebulan terakhir, serangan demi serangan dilancarkan oleh netizen terhadap kebijakan yang dilakukan oleh Wali Kota, mulai dari masalah sertifikasi pusat pertokoan Pasa Ateh, renovasi rumah dinas Wali Kota, Revitalisasi taman Jam Gadang, pembangunan RSUD, pembangunan kantor DPRD dan lain sebagainya.
Menariknya, sampai hari ini semua persoalan itu muncul, namun hanya sampai di media sosial dan beberapa media online lokal saja, tanpa ada kelanjutan.
Dalam hati, pun bertanya apakah semua serangan yang ditujukan kepada Wali Kota hanya bumbu belaka, untuk menjatuhkan kredibilitas ? Dimana serangan itu sengaja diciptakan, ditengah masyarakat sebagai alat kampanye, yang nantinya akan menguntungkan sang petahana sendiri.
Dan bisa juga serangan ini ibarat menangkap ikan dalam Tabek (tabek dikundak bia aia karuah dan bada/ikan abih marangek) dengan begitu akan mudah untuk menangkap ikan tersebut karena sudah Kalimpasingan, jadi ikan maa nan ka ditangkok lah nampak, apokah Nila, ikan rayo, bujair, limbek ataupun pantau.
Dengan kata lain, ini hanya semacam skenario, bikin buncah kondisi kota, dengan buncahnya kota akan keliatan siapa lawan dan siapa kawan, sebab saat ini masyarakat sangat gampang terpicu emosinya dengan issue, tanpa harus mencari kebenaran tersebut terlebih dahulu.
Selanjutnya petahana akan sangat gampang melakukan sosialisasi dan klarifikasi, juga akan sangat mudah mencuri hati calon pemilih tanpa harus mengeluarkan biaya politik yang tinggi nantinya.
Karena tinggal membeberkan semua dokumen terkait kasus yang di publikasikan selama ini.
“sejarah politik kita dalam era pemilihan langsung ini sudah membuktikan, calon pemimpin yang ikut dalam kontestasi politik, baik itu Bupati/walikota Gubernur bahkan Presiden sendiri, yang sering dibully yang terpilih, dalam artian masyarakat /konstituen lebih memihak/memilih calon yang dibully, entah merasa iba atau simpati”
Terakhir, dengan sudah dibukanya semua persoalan diatas tadi, lawan politik petahana secara otomatis kehilangan “amunisi” disaat masa kampanye nanti untuk menyerang calon Petahana, baik dalam pemyampaian visi misi secara resmi maupun pembusukan ditengah masyarakat terhadap petahana.
Penulis : Doni Magek