READ.ID – Berbagai permasalahan terkait infrastruktur dan penanganan bencana di Gorontalo Utara menjadi sorotan utama dalam pertemuan antara perwakilan pemerintah pusat dan daerah.
Meskipun sejumlah program terpaksa tertunda akibat efisiensi anggaran, peluang baru terbuka melalui program Suasem Badapangan Inpres yang menekankan pada kegiatan irigasi dan air tanah.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) menyatakan permohonan maaf atas tertundanya beberapa program di Gorontalo Utara yang sebelumnya sudah dicanangkan dan dilelang.
Namun, ia menekankan bahwa melalui program Inpres, usulan kegiatan irigasi dan air tanah dengan kriteria kesiapan (readiness criteria) yang terpenuhi akan mendapatkan alokasi anggaran.
“Nanti minta tolong kalau di Gorontalo Utara ada usulan-usulan yang sekiranya readiness kriterianya terpenuhi maka insya Allah anggarannya tersedia,” ujarnya.
Fokus Penanganan Banjir dan Sedimentasi
Masalah banjir menjadi perhatian serius, terutama di beberapa lokasi seperti Monano, Gentuma, dan Biau. Kepala Balai mengakui keterbatasan alat dalam penanganan banjir, namun menjanjikan penanganan segera untuk Monano yang mengalami dampak cukup parah.
“Insya Allah selepas beberapa kabupaten yang sedang kita tangani ini Monano akan segera kita tangani juga karena memang di situ banjirnya cukup parah juga,” tambahnya.
Selain itu, sedimentasi tinggi pada intake air juga menjadi kendala. Kolaborasi dengan pemerintah daerah menjadi solusi, di mana pihak balai menyediakan alat, sementara daerah mendukung material atau bahan. Kerjasama ini juga mencakup peminjaman atau pemberian material berupa pipa.
Air Baku dan Dorongan Jalur Politis
Permasalahan air baku, khususnya di Poso dan Kwandang, juga mencuat. Meskipun usulan untuk Poso telah diajukan sebagai prioritas di tahun 2026, dorongan melalui jalur politis dinilai sangat penting untuk mempercepat realisasi.
Program P3-TGI (Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi) juga menjadi perhatian. Gorontalo Utara baru mendapatkan satu lokasi, padahal program ini penting untuk pemberdayaan masyarakat dalam perbaikan saluran irigasi tersier.
Kesiapsiagaan Bencana dan Inovasi Program Daerah
Bupati Gorontalo Utara Thariq Modanggu menyoroti posisi geografis wilayahnya yang berada di pesisir utara dan rawan bencana, baik longsor maupun banjir.
Oleh karena itu, perencanaan mitigasi bencana dan pengamanan jalur distribusi barang vital seperti gas dan air menjadi prioritas. Bupati juga mengeluhkan kondisi air keruh di rumah dinasnya, yang menunjukkan permasalahan air bersih di wilayah Kwandang.
Dalam upaya mengatasi masalah ini, pemerintah daerah sedang berupaya agar semua rumah dinas dapat ditempati oleh OPD, meskipun kendala air bersih masih menjadi tantala.
Selain itu, Bupati memperkenalkan program 100 hari kerja yang dinamakan “Agro Mopomulo”. “Mopomulo” dalam bahasa Gorontalo berarti menanam, namun juga bermakna mendahulukan. Filosofi ini diterapkan dalam gerakan agroforestri untuk mengendalikan erosi dan meningkatkan ketahanan pangan, terutama di area perkebunan jagung.
Penanganan Abrasi dan Integrasi Pembangunan
Masalah abrasi di wilayah pesisir, khususnya Pulau Ponelo, juga menjadi perhatian. Bupati mengungkapkan keluhan masyarakat terkait air laut yang langsung masuk ke pemukiman. Di wilayah Biau, meskipun telah ada beberapa kali program penanganan dari provinsi, hasilnya belum maksimal.
Bupati menyarankan penanganan yang integratif, tidak hanya mengatasi abrasi tetapi juga mengembangkan ekspansi daratan menjadi potensi wisata.
Bupati menekankan posisi strategis Gorontalo Utara yang berada di lintasan Trans Sulawesi, baik menuju Manado maupun Tolinggula. Oleh karena itu, kolaborasi dan berbagi informasi dengan pemerintah pusat sangat diharapkan untuk mempercepat realisasi program pembangunan dan penanganan masalah di Gorontalo Utara.
“Kalau tidak datang begini saya tidak tahu kita harus segera siapin datanya ini hubungi dan seterusnya,” pungkas Bupati, menggarisbawahi pentingnya komunikasi langsung untuk mengatasi berbagai persoalan.