READ.ID – Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pemuda Olahraga (Dikbudpora) Provinsi Gorontalo luncurkan program Po’otuude atau penyelarasan kurikulum SMK dengan dunia usaha/industri, Selasa (09/6)
Program Po’otuude resmi diluncurkan oleh Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim, di SMK Negeri Model Gorontalo, .
Idris mengapresiasi jajaran Dikbudpora Gorontalo serta jajaran SMK Model Gorontalo yang melaksanakan program ini dimana mampu mempersiapkan lulusan untuk bisa bersaing dan selaras dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia insdustri.
” Ini menjadi satu tantangan bagi kita semua. Oleh karena kita harus membuat beberapa kegiatan beberapa inovasi di antaranya merubah kurikulum ini,” kata Idris.
Menurut Wagub, dari 30 SMK baru enam SMK yang sudah menyelaraskan kurikulumnya dengan dunia usaha dan industri.
” Ini berpengaruh dalam mempersiapkan anak-anak didik agar punya satu kepastian untuk bagaimana mereka bisa hidup sebagai warga negara yang baik,” jelas Idris.
Ia mencontohkan bagaimana para siswa yang dibiayai dengan beasiswa di Akademi Teknik Industri Solo mampu untuk langsung terjun di dunia industri di Solo. Dari 7 orang yang dibiayai dengan beasiswa Pemprov Gorontalo, hanya dua yang balik ke Gorontalo yaitu pengajar di Poligon dan SMK, sementara 5 lainnya telah “dipinang” oleh dunia industri di Solo sebelum mereka menyelesaikan studinya.
” Keluaran daripada Akmil itu adalah profesional dan berkualitas. Sehingga itu saya sangat mengharap pada kita semua, pada jajaran pendidikan, tidak hanya sekolahnya, tidak hanya kurikulumnya yang kita selaraskan, tetapi yang diharapkan guru-gurunya juga harus berkualitas agar supaya murid-muridnya juga berkualitas,” ungkap wagub.
Wagub berharap tiga program yang diluncurkannya berkelanjutan dan SMK selalu berinovasi untuk mengantarkan tamatannya ke dunia kerja.
Sementara itu Kadis Dikbudpora Yosef P. Koton, menjelaskan sesuai data yang ada, lulusan SMK di Gorontalo yang bekerja di dunia usaha dan industri sebesar 22% . Kemudian yang mandiri 11%, yang melanjutkan ke perguruan tinggi 76,78% dan yang menganggur 26,34%.
Adanya program penyelarasan kurikulum kata Yosef, diharapkan lulusan SMK lebih bisa bekerja. Selain itu juga telah dibuatkan aplikasi untuk memonitor para lulusan SMK.
”Aplikasi ini supaya sesuai lulusan ini termonitor oleh sekolah dan aplikasi ini diisi langsung oleh siswa dan nyambung ke Dikbudpora sehingga bisa diketahui by name by address. Sehingga bisa dilakukan pembinaan terus menerus lulusan itu,” jelas Yosef.
Di Gorontalo ada enam SMK yang telah melakukan penyelarasan kurikulum dan melakukan kerjasama dengan dunia usaha.
SMK 1 Kota Gorontalo melakukan penyelarasan kurikulum di bidang jaringan dan telah bekerjasama dengan Telkom. SMK 2 Kota Gorontalo juga telah melakukan penyelarasan kurikulum di bidang perhotelan dan telah melaksanakan kerjasama dengan hotel Maqna.
SMK lainnya yaitu SMK 3 Gorontalo, yang melakukan kerjasama dengan Yamaha PT Hasrat Abadi untuk kompetensi bisnis sepeda motor. Lalu ada juga SMK 1 Boalemo yang bekerjasama dengan PT. Tolangohula untuk kompetensi instalasi listrik.
Selanjutnya yaitu SMK 1 Marisa dengan penyelerasan bidang pelayaran. Terakhir adalah SMK 1 Limboto yang bekerjasama dengan hotel Horizon.
Selain enam SMK di atas, akan ada 30 SMK lagi yang akan melakukan penyelarasan kurikulum.
”Jadi kurikulum ini merupakan standar pendidikan yang harus kita perbaiki. Sekitar 26% lagi semua sudah kelar,” pungkas Yosef. (Adv/RL/Read)