READ.ID – Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Gorontalo membantah tudingan dari Pengurus Kerukunan Keluarga Indonesia Gorontalo (KKIG) di Bali soal proses kepulangan Jhon Katili, seorang kakek asal Gorontalo yang hidup sebatang kara di Bali.
Diketahui, pihak KKIG Bali mengaku kecewa atas tindakan pemerintah Provinsi Gorontalo saat akan memulangkan Jhon. Kekecewaan itu disampaikan KKIG melalui video yang kini tersebar di media sosial.
Penasehat KKIG Bali Eriyani Mahmud menyampaikan kekecewaannya kepada dinas sosial dan dinas kesehatan Provinsi Gorontalo dalam rangka penjemputan kakek Jhon.
Menurutnya, upaya penjemputan dan pemulangan kakek Jhon tanpa berkoordinasi dengan KKIG maupun HPMIG di Bali.
“Bagi kami tidak ada masalah, hanya kami sesalkan adalah semua tas milik opa (Kakek) Jhon yang berisikan pakaian dan obat-obatan ditinggal begitu saja saat mereka Check in di bandara,” tutur Eriyani.
Kata Eriyani, dinas sosial beralasan tidak ada dana untuk memuat semua barang milik kakek Jhon ke pesawat, karena beratnya mencapai sembilan kilogram.
“Sebenarnya sudah ada konpensasi dari pihak Lion Air, yang hanya dibayar dua kilogram, kemudian tujuh kilogram masuk kabin. Namun, mereka tidak bisa mengambil kebijaksanaan agar tas-tas itu bisa terbawa. Saat pulang ke Gorontalo, bapak Jhon hanya punya pakaian di badan saja” jelasnya.
“Sejak awal, kami telah bekerja dan mengurus opa Jhon dengan pengurus HPMIG Bali, sebelum bapak Jhon dipulangkan ke Gorontalo,” tambah Eriyani.
Hal yang sama juga disampaikan Ketua KKIG Bali, Abdullah Muhammad. Ia mengaku penjemputan dan pemulangan Jhon tidak disampaikan kepada KKIG.
“Tentunya kami kecewa, tidak ada info ke KKIG. Saat ini kami bekerjasama dengan HPMIG melacak barang milik opa Jhon, karena mendapat informasi bahwa petugas penjemput membuang begitu saja barang-barang milik opa Jhon. Sekali lagi kami sangat kecewa sekali,” ujar Abdullah.
Kepala Dinsos Provinsi Gorontalo Kepala Dinas Sosial M. Nadjamuddin, melalui Kasi Kasie tuna sosial dan Korban perdagangan orang, Yuyun Komendangi, membantah keras apa yang dikatakan pihak KKIG Bali. Menurutnya, semua tuduhan yang disampaikan KKIG Bali adalah tidaklah benar.
Yuyun menegaskan, persolaan tanpa kordinasi, Dinsos Gorontalo sudah berkoordinasi dengan ketua KKIG Bali sebelumnya, dimana memberitahukan bahwa barang-barang lainya milik kakek Jhon akan ditinggalkan.
“Apa yang dikatakan pak Abdullah (Ketua KKIG Bali) soal barang milik pak jhon dibuang begitu saja, itu tidak benar. Sebenarnya yang terjadi, kami sudah melakukan koordinasi dengan pak Abdullah dengan meneleponnya. Kami sudah jelaskan bahwa pakaian yang akan ditinggalkan itu pakaian yang selama dipakai oleh pak Jhon di Denpasar,” tutur Yuyun saat dikonfirmasi Read.id, Minggu (25/4/2021).
“Pakaian-pakaian itu sudah kotor dan ada ompolnya. Jadi maksud kami, dari pada kami bayar ke Lion Air sebanyak 750 ribu, kami sudah bermaksud 750 ribu ini akan dibelikan baju baru hingga tiba di Gorontalo. Sementara masalah obatnya, akan diganti dengan obat yang dirujuk bu dokter Trisye Mile, Obatnya nanti diganti saat tiba di Gorontalo. Kemudian barang yang ditinggalkan itu, saya titip di tempat wraping barang, tapi saya Telpon dulu Pak Abdullah untuk meminta tolong agar pakaian ini bisa diambil, tapi Pak Abdullah tidak mau ambil,” tambahnya.
Lanjut Yuyun, persoalan ini seharusnya tidak dibesar-besarkan. Kepentingan utama yang dilakukan pemerintah Provinsi Gorontalo adalah kesehatannya kakek jhon.
“Yang terpenting bagi kami Pak Jhon selamat sampai Gorontalo dalam keadaan sehat,” ucapnya.
Ia menceritakan, kakek Jhon dijemput di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembarana, Bali. Jarak antara Kabupaten Jembrana dengan Kota Denpasar berjarak sekitar 111 kilometer, atau butuh sekitar tiga jam bisa sampai di Jembrana.
“Kami tiba di bandara di Kota Denpasar pada hari Senin (19/4/2021). Saat itu Kami langsung ketemu dengan dinas sosial Bali untuk mengkonfirmasi penjemputan. Besoknya, kami dan dinas kesehatan Gorontalo menjemputnya. Kami juga sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa Tukadaya, tempat tinggalnya pak Jhon di Bali. Setelah balik dari sana, kami menginap di hotel yang ada di Denpasar selama dua hari,” papar Yuyun.
“Karena pak jon tergolong Lansia Bedridden, semua aktifiitasnya harus dibantu. Selama dua hari itu, kami melakukan tindakan medis mulai memberikan infus, membelikan kursi roda, hingga pemeriksaan HB dan Rapid di klinik Quantum Bali. Semua ini kami lakukan agar kepulangan pak Jhon tidak bermasalah, terutama pemeriksaan kesehatannya di bandara,” lanjutnya.
Setelah mendapatkan hasil dari klinik, kata Yuyun, hasil tes HB dinyatakan normal dan hasil rapidnya negatif.
“Alhamdulilah kondisinya normal, saat itu juga kami pesan tiket pesawat. Jadi untuk membantu pak Jhon untuk pulang ke Gorontalo, tidaklah mudah karena melihat kondisi kesehatannya. Kami berupaya agar kondisi kesehatannya normal sebelum kami berangkat ke Gorontalo. Pada hari Kamis akhirnya kami tiba dengan selamat. Sebelum berangkat ke bandara, kami juga bersama dengan sejumlah pengurus KKIG Bali di hotel,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kakek berusia 62 tahun itu diketahui sedang sakit di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembarana, Bali. Jhon Katili menderita TBC dan hanya ditampung warga komunitas muslim Bali di salah satu Musollah dengan kondisi yang memprihatinkan.
Kondisi kakek Jhon di viralkan di media sosial oleh pengurus KKIG dan HPMIG Bali pada awal bulan Maret 2021 lalu.
Dengan kondisi itu, Pemerintah provinsi Gorontalo akhirnya bisa memulangkan John Katili (62 tahun) pada Kamis (22/4/2021). Gubernur Gorontalo sebelumnya telah menyampaikan akan menangung biaya pemulangan hingga biaya pengobatan kakek Jhon di Gorontalo.
Saat ini kakek Jhon akan tinggal bersama dengan sepupunya di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Kakek John diketahui memiliki enam orang saudara, tapi lima sudah meninggal. Satu orang saudaranya tersisa Siti Katili yang berdomisili di Pilolodaa, Kota Barat. Namun Siti sedang sakit stroke dan tidak memungkinkan merawat John.
(Wahyono/RL/Read)