READ.ID– Dampak pandemi corona atau Covid-19 menyasar hampir semua sisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kini wabah yang telah merenggut nyawa lebih 100.000 jiwa manusia itu berpotensi mengarah kepada krisis pangan global.
“Terlebih belum ada kepastian kapan wabah ini berakhir. Bahkan, sejumlah negara menghadapi gelombang kedua penyebaran virus Corona. Padahal ketersedian pangan menjadi salah satu ‘jurus ampuh’ bagi negara di seluruh dunia untuk bisa menang melawan virus ini,” kata senator dari Provinsi DKI Jakarta, Fahira Idris, Sabtu (2/5) malam.
Anggota Komite II DPD RI yang membidangi pertanian dan perkebunan itu mengungkapkan, peringatan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) akan potensi defisit, kelangkaan dan darurat pangan di tengah pandemi virus Corona sangat beralasan mengingat penyebaran virus ini telah menganggu produksi dan rantai distribusi pangan baik dalam skala lokal (dalam sebuah negara) maupun skala internasional.
“Di tengah pandemi seperti saat ini, selain berbagai kebijakan dan aksi negara mencegah penyebaran Corona, kecukupan dan ketersedian bahan pangan menjadi amunisi utama negara-negara di dunia untuk bertahan bahkan memenangkan ‘pertempuran’ melawan virus ini karena pangan jadi amunisi utama sehingga berbagai strategi harus ditempuh agar tidak terjadi defisit, kelangkaan apalagi sampai darurat pangan. Ini harus jadi concern semua negara di dunia, termasuk Indonesia,” ujar Fahira.
Menurut Fahira, Indonesia sebagai sebuah negara besar baik dari sisi wilayah maupun jumlah penduduk, kecukupan dan ketersedian bahan pangan terutama di tengah pandemi seperti saat ini tentu menjadi tantangan yang tidak ringan.
Terlebih masih ada sejumlah kebutuhan bahan pangan kita yang masih mengandalkan impor karena produksi di dalam negeri belum mencukupi permintaan. Kurang meratanya distribusi bahan pangan juga harus menjadi perhatian khusus untuk menjamin ketersediaan di setiap wilayah terjaga.
Tentunya agar tidak defisit pangan terjadi di Indonesia, kita harus cepat mendeteksi kondisi pangan saat ini dan prediksi ke depan. Kemudian merespon dan bergerak dengan cepat, susun langkah-langkah antisipasi dan formulasi solusi untuk menangkal agar tidak terjadi krisis pangan.
“Jika di sebuah daerah misalnya ada komoditas pangan yang defisit, salah satu solusinya bisa menyuplai bahan pangan dari daerah lain yang kebetulan surplus,” ujar putri anggota Kabinet Pemerintahan Orde Baru itu.
Selain itu, sambung Fahira, pandemi yang terjadi saat ini juga menjadi momentum bagi kita semua untuk memformulasikan kembali konsep ketahanan pangan nasional agar tetap kuat terhadap terpaan krisis baik wabah ataupun ancaman lain.
“Salah satu yang perlu kita pikirkan ulang adalah bagaimana semua pemangku kepentingan sungguh-sungguh mencegah masifnya konversi lahan pertanian diakibatkan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan industri. Bagaimanapun juga, ketersedian lahan adalah syarat utama ketahanan pangan,” demikian Fahira Idris. (ART)