READ.ID,- Pemerintah Provinsi Gorontalo kembali menghidupkan tradisi lewat Festival Ketupat yang digelar pada Senin (7/4/2025) di arena pacuan kuda Desa Yosonegoro, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. Dalam rangkaian festival ini, digelar beragam lomba khas lokal seperti kontes ternak sapi, karapan roda sapi, dan lomba kuda gerobak.
Wakil Gubernur Gorontalo, Idah Syahidah Rusli Habibie, yang hadir mendampingi Gubernur Gusnar Ismail, menyampaikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan lomba. Ia menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bagian dari pelestarian budaya serta penguatan sektor peternakan daerah.
“Kampung Jawa ini tempatnya khas sekali. Hari ini juga ada lomba karapan sapi. Nah memang setiap tahun diadakan, tetapi sejak dua tahun terakhir sempat vakum. Tapi insyaallah, seperti yang dikatakan pak gubernur, karapan sapi ini akan terus dilaksanakan di setiap perayaan ketupat,” ujar Idah.
Festival yang sempat vakum selama dua tahun terakhir ini kembali menggeliat dengan melibatkan 56 pasang sapi terbaik dan 25 ekor kuda gerobak. Tak hanya sebagai ajang hiburan dan pelestarian budaya, festival ini juga membuka ruang ekonomi masyarakat dengan kehadiran stand UMKM gratis sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi lokal.
Dalam kontes ternak, peserta dibagi dalam dua kategori: sapi bali lokal dan sapi impor. Kategori sapi bali lokal diikuti oleh enam ekor sapi, sementara kategori impor melibatkan 13 ekor sapi dari berbagai jenis.
Sapi bernama Ello dari Desa Cisadane, Kecamatan Kwandang, Gorontalo Utara, berhasil menyabet juara pertama kategori sapi bali lokal dengan bobot 568 kilogram. Sementara di kategori impor, gelar juara diraih oleh Bomber, seekor sapi jenis Limosin berbobot 1.042 kilogram yang berasal dari Desa Mongolato, Kecamatan Telaga Jaya.
Dalam arahannya, Idah juga menyoroti pentingnya menjaga keselamatan penonton dan menjunjung tinggi sportivitas antar peserta, mengingat besarnya antusiasme warga terhadap kegiatan ini.
Festival Ketupat di Gorontalo menjadi bukti bahwa warisan budaya dapat bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi dan identitas daerah. Di tengah modernisasi, tradisi tetap memiliki tempat sebagai sarana edukasi, hiburan, dan pembangunan daerah yang inklusif.*****