READ.ID – Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Gorontalo menggelar lokakarya penyusunan kurikulum konservasi DAS berbasis muatan lokal, bertempat di Aula Balai Pengelolaan Pengelolaan Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, Kamis (31/8/2023). Kegiatan ini diikuti oleh guru dan kepala sekolah dari beberapa sekolah yang berada di sekitaran DAS Limboto.
Sekolah yang dihadirkan antara lain SDN 24 Limboto, Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tapadaa – Polohungo – Limboto, dan SDN 01 Limboto. Ada pula SDN 04 Limboto, SDN 10 Limboto, SD 16 Limboto, SDIT Lukmanul hakim 1, MIN Hepuhulawa, dan TK Khoiru Ummah Limboto.
Ketua Forum Das Wawan Tolinggi mengungkapkan guru SD terutama sekolah yang berada di sekitar DAS Limboto dipilih agar dapat menanamkan pemahaman akan pentingnya menjaga ekosistem pada seluruh wilayah daerah aliran sungai. Kegiatan ini juga merupakan salah satu upaya menghadapi perubahan iklim seperti dekradasi lingkungan yang tajam.
“Jangan sampai dengan adanya pencemaran ini, pembuangan sampah di sungai, mereka menganggap bahwa sungai itu hanya tempat buang sampah. Itu berbahaya, mereka juga harus mengenali dan bagaimana mengembalikan konservasi di kawasan sungai,” ujar Wawan.
Sementara itu, Kepala BPDASHL Heru Permana mengatakan ada kurang lebih 36.000 hektar lahan kritis di DAS Limboto yang terbagi 22.000 hektar di luar kawasan hutan dan 14.000 hektar di dalam kawasan hutan. Peran yang dibutukan akan hal ini yakni mengurangi dan menumbuhkan kembali kehidupan hijau yang bisa menampung aliran air sehingga tidak menyebabkan sedimentasi ke dalam sungai.
“Lokakarya hari ini diharapkan bisa menghasilkan kesepahaman dalam modul, bisa diwujudkan dalam aksi nyata dan bukan hanya di SD sekitar saja, kami berharap juga kegiatan ini bisa ke tingkat provinsi dan menjadi sebuah terobosan baru,” ungkap Heru.
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Limboto Welfin Tuna sebagai salah satu peserta mengaku sangat gembira bisa dilibatkan dalam penyusunan kurikulum ini. Menurutnya, program ini sangat berhubungan dengan program sekolah adiwiyata yang sementara dijalankan SDN 1 Limboto dalam mencarikan solusi sekolah yang sering terkena dampak banjir tersebut.
“Sekolah kami itu terletak diantara hulu dan hilir jadi sekolah kami adalah penerima akibat paling besar, paling rawan banjir. Jika sudah diinformasikan disana hujan lebat, maka kami sudah harus waspada, tidak ada yang bisa kami lakukan selain bertahan di dalam. Sekalipun di sekolah kami tidak hujan, tapi kami sering menerima dampaknya,” jelas
Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatangan MoU antara pihak sekolah dengan Forum DAS yang dilakukan secara simbolis oleh perwakilan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Tapada Biyonga.