READ.ID – Gubernur Gorontalo, Gusnar Ismail, menargetkan penurunan angka stunting di provinsinya dari 23,8% pada 2024 menjadi 13,8% pada 2030. Target ini, menurutnya, hanya bisa tercapai jika penanganan dilakukan secara menyeluruh dan tidak sebatas pemberian susu atau makanan tambahan.
“Banyak keluarga enggan mengungkapkan kondisi anak stunting karena keterbatasan ekonomi. Lingkungan tempat tinggal mereka pun sering kali tidak layak secara kesehatan. Maka intervensinya harus all out,” tegas Gusnar dalam pertemuan dengan Komisi IX DPR RI di Aula Rumah Jabatan Gubernur, Senin (11/08).
Salah satu strategi yang diandalkan untuk memperbaiki gizi anak adalah program Makan Bergizi Gratis (MBG). Saat ini, program tersebut baru menjangkau 28.933 siswa melalui 17 Sentra Produksi Pangan Gorontalo (SPPG) yang tersebar di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Pohuwato, dan Gorontalo Utara.
Ia menjelaskan bahwa pelaksanaan MBG menggunakan dua metode, yaitu melalui mitra swasta dan Badan Gizi Nasional (BGN) bekerja sama dengan pemerintah daerah. Namun, Gubernur mengakui masih ada kendala di lapangan.
“Sebagian mitra swasta belum memenuhi standar, sementara BGN kesulitan mencari lokasi SPPG yang ideal di perkotaan untuk melayani ribuan siswa,” ungkapnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Gusnar mengusulkan agar penentuan lokasi SPPG dibuat lebih fleksibel, dengan syarat dukungan transportasi terjamin.
“Di Gorontalo, tidak ada kemacetan. Jadi, jarak dan waktu pengiriman makanan bisa dihitung agar tiba tepat waktu di sekolah,” jelasnya.
Gusnar optimistis, dengan strategi terpadu dan perbaikan sistem MBG, target penurunan stunting akan tercapai, sekaligus memperluas cakupan layanan gizi bagi anak-anak di seluruh Gorontalo.