READ.ID – Petani jagung Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjerit. Hidup mereka semakin susah bukan hanya tak leluasa beraktifitas wabah virus Corona (Covid-19) tetapi juga akibat dari hasil panen menurun drastis dan harga anjlok cukup tajam.
Hal tersebut diungkapkan anggota Komisi IV DPR RI, H Johan Rosihan ST yang melakukan kunjungan ke salah satu sentra jagung di Desa Lamenta, Kecamatan Empang akhir pekan kemarin. Kunjungan dimaksudkan untuk melihat secara langsung proses panen raya yang dilakukan para petani jagung di tengah masa pandemic Covid-19.
Legislator Dapil I Provinsi NTB itu memanfaatkan kesempatan ini untuk berkomunikasi langsung dengan petani dan mendengarkan keluhan dan kesulitan petani jagung untuk merasakan jeritan petani pada masa pandemic ini.
Dari kunjungan tersebut, ada beberapa catatan kondisi yang mesti menjadi perhatian pemerintah dimana pada masa panen tahun ini, produktivitas jagung menurun sekitar 40-50 persen dibandingkan tahun lalu disebabkan tanaman jagung diserang ulat.
“Selain itu, harga jagung juga turun drastis. Kalau tahun kemarin saat panen seperti ini, harga di lahan atau harga di petani bisa mencapai Rp 3.500 per kilogram. Namun, sekarang jagung para petani hanya dihargai Rp 2.400 per kilogram. Harga di gudang Rp 3000 sampai Rp 3.100 per kilogram, papar Johan.
Atas kondisi tersebut, Johan yang memang berasal dari Kecamatan Empang, Sumbawa meminta pemerintah segera hadir karena sampai hari ini nampaknya stimulus yang digulirkan Pemerintah belum menjangkau para petani jagung khususnya dan semua petani secara umum.
“Jeritan dan kesusahan petani ini harus segera direspon Pemerintah karena penurunan produksi jagung pasti akan berdampak pada berkurangnya stock bahan pangan pokok bagi masyarakat dan pemerintah mesti segera menyerap hasil panen petani dengan harga yang layak untuk melindungi petani jagung dari banyak kerugian,” pinta Johan.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini dalam dialog singkatnya dengan sejumlah petani menyampaikan, bila tak ada perubahan harga menuju yang membahagiakan petani, bisa dipastikan para petani yang menanam jagungnya dengan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) tersebut tidak akan bisa membayar KUR. “Ini akan berakibat kredit macet dan semakin menurunkan kemampuan daya beli petani pada masa pandemic ini,” urai Johan.
Dikatakan, potensi Provinsi NTB sebagai salah satu sentra produksi jagung nasional, terutama Kabupaten Sumbawa yang memiliki areal tanaman jagung sekitar 326.000 hektare dengan rata-rata produktivitas 6,6 ton per hektar, harus selalu menjadi perhatian pemerintah dalam mengembangkan komoditas jagung baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk kegiatan ekspor. “Di tengah pandemic saat ini, kepentingan petani harus lebih diutamakan dengan berbagai program dan stimulus agar kesejahteraan petani lebih meningkat,” demikian H Johan Rosihan ST.