READ.ID – Anggota Komisi VI DPR RI, Mohamad Toha meminta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir benar-benar menjalankan fungsinya sebagai ‘bapak’ perusahaan-perusahaan plat merah milik bangsa Indonesia.
Artinya, Erick tidak membiarkan perusahaan itu ‘bertarung’ sendirian ketika mengalami persoalan.
“Dalam arti, Menteri BUMN beserta jajarannya tidak berpangku tangan terhadap masalah yang dihadapi perusahaan-perusahaan BUMN,” ungkap Mohamad Toha saat Rapat Kerja (Raker) dengan Menteri BUMN, Erick Thohir di Gedung Nusantara I Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (20/2).
Misalnya, ungkap politisi senior anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, saat Badan Urusan Logistik (Bulog) tak mendapat penugasan turut menyediakan beras dalam program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kementerian Sosial Kemensos), tidak ada upaya Menteri BUMN sebelumnya melakukan komunikasi secara langsung dengan Menteri Sosial.
“Otomatis beras yang dimiliki Bulog tidak terserap yang akhirnya merugikan perusahaan tersebut. Mestinya kan, Menteri BUMN ketemu Menteri Sosial bahwa Bulog turut dilibatkan dalam BPNT,” papar wakil rakyat dari Dapil V Provinsi Jawa Tengan ini.
Hal yang sama, kata laki-laki kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 25 Mei 1964 tersebut, bisa dilakukan Menteri BUMN terkait persoalan Semen Indonesia yang kewalahan menahan gempuran semen asal China.
Diketahui, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk meminta pemerintah mencabut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No: 7/2018 tentang impor klinker dan semen.
Soalnya, aturan tersebut mempermudah masuknya semen impor, terutama cari China yang harganya sangat murah karena negara Tirai Bambu itu menerapkan predatory pricing, yaitu salah satu bentuk strategi yang dilakukan pelaku usaha dalam menjual produk dengan harga yang sangat rendah dengan tujuan tertentu.
Sebetulnya harga jual semen Indonesia di dalam negeri paling murah dibanding dengan harga-harga semen di negeri tetangga termasuk China. Harga Semen Indonesia berkisar 58 USD/ton sedangkan China menjual semen dalam negeri mereka 98 USD/ton. Namun, dengan menerapkan predatory pricing, semen dari China yang masuk ke Indonesia dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding harga produk BUMN Semen.
“Kan Menteri BUMN bisa komunikasi langsung dengan kementerian terkait. Jangan biarkan BUMN-BUMN ini bertarung sendirian ketika ada persoalan dengan kebijakan dari kementerian lainnya,” tegas Toha.
Meski begitu, Toha mengapresiasi langkah-langkah yang dilakukan Menteri BUMN saat ini dalam menata kembali bisnis di perusahaan BUMN.
“Semoga penataan itu bukan hanya punishment-nya saja, tapi juga reward dan pendampingan ketika ada persoalan terkait kebijakan di kementerian lain,” demikian Mohamad Toha.
(Akhir Rasyid Tanjung/Read.id)