READ.ID – Sejumlah warga menilai sosok Bupati Gorontalo, Profesor Nelson Pomalingo adalah orang yang bijak, bukan orang yang sangat ambisius.
Seorang warga Kabupaten Gorontalo, Helmy Hippi mengatakan, proses kontestasi demokrasi adalah suatu hal yang biasa dan tidak ada yang luar biasa bagi seorang profesor Nelson Pomalingo.
” Karena itulah beliau (Nelson-red) bukan orang yang ngotot-ngototan seperti orang lain, jika ingin meraih sesuatu. Bahkan pula kami menilainya sebagai sosok yang tidak ambisius, ” tukas Helmy Hippi saat menggambarkan sosok Nelson Pomalingo kepada media.
Helmi mencontohkan, seperti pada proses demokrasi yang pernah terjadi diawal propinsi Gorontalo. Nelson termasuk salah satu calon Gubernur, tapi kalah dan tidak ngotot karena memberikan ruang kepada orang-orang yang punya kapasitas dan keinginan untuk membangun Gorontalo.
Dalam kontestasi Pilgub lalu tersebut, Nelson yang posisinya sebagai calon wakil gubernur malah menjadi orang yang pertama memberikan selamat buat pemenang Pilgub waktu itu yakni paket NKRI.
“Dirinya tidak menandatangani gugatan kala itu, karena sebagai calon wakil gubernur, pak Nelson bukan dalam kapasitas sebagai penentu, menandatangani atau bahkan diminta untuk menandatangani proses gugatan di Mahkamah konstitusi, ” ujar Helmi.
Helmi menimpali bahwa, Prof Nelson bisa saja menggunakan kapasitasnya sebagai Bupati, untuk mengintimidasi ASN agar melakukan kecurangan untuk kemenangan dirinya.
” Ya, tapi ini terbalik. bahkan disaat pilkada tak ada instruksi atau semacamnya. Beliau tak ada perintah apa apa, baik kepada SKPD, Camat atau siapapun. Buktinya kami mendengar isu, hampir 90% ASN tidak mendukung Profesor Nelson Pomalingo,” Ujarnya.
Kata Helmi, beliau malah membiarkan proses demokrasi itu berlangsung dengan baik, dan sewajarnya yang apa adanya. Sama sekali tidak melakukan intervensi terhadap pemerintahan. Jadi pada dasarnya proses kontestasi ini adalah proses yang diinginkan oleh rakyat.
Oleh sebab itu, kata Helmi, kini rakyat sudah memilih. Mestinya kalau memang menjadi pemimpin yang bijak, negarawan, harusnya tidak ambisius dan memperlihatkan jiwa kenegarawanan.
“Jiwa besar yang menerima dan menghargai pilihan rakyatnya adalah yang paling ideal. Bukan menyampaikan bahwa rakyat adalah tukang bohong dan sebagainya,” tegasnya.
Sementara itu tokoh pemuda Bongomeme, Edi Nurkamiden menyebut, Profesor Nelson Pomalingo adalah orang yang selalu menghormati proses regulasi. Apapun yang terjadi beliau melaluinya dengan baik dan tidak grasak-grusuk.
” Bisa saja, seluruh pendukung melakukan tindakan atau apa saja bagi siapapun orang yang menentang. Tetapi beliau (Nelson) selalu mengingatkan untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merusak tatanan demokrasi. Karena tujuan Sang Profesor hanya mau untuk membangun daerah bukan untuk merusak daerah,” pungkas Edi.
(RL/Read)