READ.ID – Sejumlah aktivitas nelayan dan penjual ikan di Kabupaten Gorontalo Utara turut merasakan dampak akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Tidak sedikit terlihat kapal-kapal yang masih bersandar di pelabuhan bongkar muat pelelangan ikan di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara.
Kenaikan harga BBM jenis Solar naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter ditambah sulitnya mendapatkan BBM dianggap oleh sebagian nelayan hanya menambah beban pengeluaran saat melaut.
Jaya (25) salah satu pekerja kapal ikan mengatakan untuk sekali melaut selama empat hari, membutuhkan sedikitnya 400 liter solar. Total biaya yang dikeluarkan paling sedikit 3,2 juta hanya untuk membeli BBM solar diluar kebutuhan konsumsi selama melaut.
“Sekarang BBM so naik begini, kalau torang sering ambil di tingkat eceran, itu solar sekarang 12 ribu per liter, dan itu di kali 400 liter. Kalau satu kali ongkos dapur dan rokok dia sampe 8 juta lebih,” jelas Jaya.
Faktor cuaca yang tidak menentu, terkadang membuat biaya yang dikeluarkan oleh para nelayan tidak sesuai dengan hasil tangkapan ikan selama melaut.
Naiknya biaya melaut langsung berimbas kepada para pegepul ikan di wilayah tersebut, para pengepul terpaksa harus merogok kocek lebih dalam lagi agar dapat menjual tangkapan ikan.
“200 ribu itu hanya perjalan pergi pulang dari pelabuhan ke kota madya, dia lebih dari 20 liter akhirnya untung tidak, yang kita cari ini hanya untuk ongkos minyak saja,” tegas Lindo La aca.
Menurut Lindo, seandainya daya beli masyarakat untuk ikan cukup tinggi, semahal apapun bbm naik, maka tentu kemungkinan besar bisa mendapatkan keuntungan untuk kembali menjadi modal.
“Ikan saja kita bawa sedikit hampir-hampir tidak mau laku, meskipun kita taruh harga dibawah. Sementara BBM saat ini sudah naik. Sehingga kita ini sekarang merasa dicekik,” tandas Lindo.