READ.ID – Ahmad Hasan, bayi 9 bulan asal Desa Ibarat, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara itu, hanya bisa berbaring di tempat tidur, akibat penyakit hidrosefalus yang dideritanya. Uang senilai Rp 18 juta yang dikumpulkan sang Ayah Mae Hasan (43) untuk pengobatan Ahmad, ludes setelah kebakaran hebat yang melanda rumah mereka, April silam.
Bayi Ahmad tidak sendiri, masih ada 3 orang kakaknya yang lain. Sang Ibu Eti Zakaria (37) menuturkan, kalau anakya itu memang sudah menderita hidrosefalus sejak lahir. Diakui Eti, dulu saat hamil 7 bulan dokter sudah mendiagnosa ada kelainan di janin.
“Waktu USG, dokter bilang bayi yang saya kandung ada kelainan dan dokter menyarankan untuk digugurkan (aborsi) saja, tapi saya dan suami tidak mau,” tutur Eti Zakaria saat ditemui Hulondalo.id di RS Aloei Saboe, Minggu (25/8/2019).
Hidrofaluse sendiri adalah kondisi penumpukan cairan di dalam otak yang mengakibatkan meningkatnya tekanan pada otak sehingga mengakibatkan ukuran kepala menjadi lebih besar dari ukuran kepala normal.
Karena Hidrofaluse itu juga, diusianya yang hampir sepuluh bulan, bayi Ahmad tersebut harus menjalani operasi untuk pemasangan selang di tubuhnya.
“Kemarin, Sabtu (24/8/2019) sudah dioperasi. Jadi dipasang selang dari kepala sampai ke badan untuk mengeluarkan cairan yang ada di otaknya,” jelas sang Ayah, Mae Hasan, dikutip dari Hulondalo.id.
Berutung, biaya operasi yang dilakukan di RS Aloei Saboe, ditanggung oleh BPJS kesehatan. Namun itupun belum cukup, keluarga Ahmad masih harus mengeluarkan biaya ekstra untuk makanan tambahan sang Bayi.
Sebenarnya, Mae Hasan sudah mengumpulkan uang senilai Rp 18 juta, untuk pengobatan anak keempatnya. Itu didapatnya dari hasil bekerja sebagai petani jagung. Sayang uang itu ludes, akibat kebakaran hebat yang melalap rumah mereka April silam.
Dalam kondisi kesusahan, Mae dan Eti tidak mau menyerah, keduanya tetap berupaya menyembuhkan penyakit sang anak kendati harus bersusah payah.
Eti sang ibu mengaku sedih setiap kali melihat Ahmad anaknya. Dirinya punya keinginan untuk memberikannya Air Susu Ibu (ASI) namun itu tidak bisa dilakukan, karena Ahmad sejak lahir sudah dirawat dan seharinya mengkonsumsi susu formula.
“Saya tidak bisa gendong karena berat, jadi digendong hanya saat dimandikan saja,” ungkap Eti sedih.
Kendati biaya operasi di talangi oleh BPJS Kesehatan, namun Mae tetap harus bekerja keras. Karena biaya susu dan popok Ahmad harus ditanggung sendiri.
Susu formula yang dikonsumsi bayi Ahmad adalah susu khusus, yang harganya berkisar Rp 300 ribu. Itupun habis hanya dalam beberapa hari. Sudah coba diganti dengan susu formula yang lebih murah, tapi masih terasa berat.
Saat ini kelurga Bayi Ahmad sangat membutuhkan uluran tangan dari para dermawan. Biarpun sedikit akan sangat berarti, minimal bisa membantu mengurangi beban keluarga Bayi Ahmad. Bagi yang mau memberikan bantuan bisa datang langsung ke RS Aloei Saboe.