banner 468x60

Kota Gorontalo Terapkan Early Warning System Dalam Antisipasi Bencana

READ.ID – Early Warning System and Urban Resilience menjadi cara pemerintah Kota Gorontalo dalam mengantisipasi bencana.

Hal ini diungkapkan Wali Kota Marten Taha, dalam kegiatan panel ahli dan pelatihan tematik CRIC yang mengangkat tema “Building City Resilience through Triangular Cooperation” atau membangun ketahanan kota melalui kerja sama triangular, pada Rabu (6/3/2024) di Makassar.

Dikatakan Wali Kota Marten Taha, Kota Gorontalo sudah menerapkan Early Warning System untuk mengantisipasi bencana. Bahkan, Early Warning System terpasang dibeberapa titik dan kurang lebih sudah enam tahun terpasang.

Menurut Marten Taha, sistem antisipasi bencana sangat penting bagi Kota Gorontalo. Mengingat, Kota Gorontalo adalah salah satu daerah yang rawan bencana di Indonesia, dimana ada pertemuan dua lempeng besar di kawasan teluk tomini, yaitu lempeng pasifik dan eurasia.

Ditambah lagi, kata Marten Taha, Kota Gorontalo terletak di kawasan rawan bencana akibat pertemuan dua lempeng di teluk tomini yaitu pasifik dan eurasia.

Untuk itu, pada 10 potensi bencana di Kota Gorontalo, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan akibat cuaca ekstrem, gelombang ekstrem, abrasi, likuifaksi, kebakaran gedung dan pemukiman siap diantisipasi dengan pemasangan Early Warning System.

“Olehnya, Kota Gorontalo selalu siaga untuk menghadapi 10 peringatan bencana sebagai bahan pencegahan dengan memasang Early Warning System”, ungkap Wali Kota.

Selanjutnya, Marten Taha memaparkan, hal yang sudah dan akan dilaksanakan oleh Kota Gorontalo sendiri terkait penanggulangan bencana. Diantaranya, penyusunan dokumen rencana kontigensi simulasi penanggulangan bencana, rencana penanggulangan tanggap darurat bencana, penyusunan dokumen pasca bencana.

“Serta, sosialisasi dan edukasi masyarakat terhadap bencana, pembentukan relawan bencana, dan sekolah pendidikan aman bencana”, papar Wali Kota.

Diketahui, CRIC merupakan proyek lima tahun dengan tujuan untuk membina kerja sama jangka panjang yang unik melalui kerja sama segitiga antara kota dan pusat penelitian di Eropa, Asia Selatan yang terdiri dari India, Nepal, Bangladesh, dan sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand.

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60