Lepas Baju Partai, Pakai Baju Karawo: Manuver Politik Baru Rachmat Gobel di Gorontalo

READ.ID,- Silaturahmi politik antara Anggota DPR RI Rachmat Gobel dan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail pada Minggu (6/4/2025) menjadi isyarat kuat konsolidasi kekuatan politik di tingkat daerah. Dalam pertemuan yang berlangsung di Rumah Jabatan Gubernur, kedua tokoh utama Gorontalo itu menunjukkan gestur politik yang melampaui sekat partai, menekankan kolaborasi dan agenda pembangunan bersama.

Didampingi sejumlah pengurus dan anggota DPRD dari Partai NasDem, termasuk tokoh-tokoh kunci seperti Ridwan Monoarfa dan Mikson Yapanto, kehadiran Gobel tak hanya berbalut silaturahmi Ramadan. Ini adalah panggung politik yang menunjukkan upaya membangun jejaring strategis menjelang dinamika politik nasional dan lokal ke depan.

“Saya katakan kita sama-sama lepas baju partai, kita pakai baju karawo. Kita sebagai orang Gorontalo membangun Gorontalo,” ujar Gobel dalam pernyataan yang sarat simbol. Pernyataan ini dibaca sebagai upaya Gobel membangun narasi kolaborasi lintas partai sekaligus positioning politik sebagai kingmaker di Gorontalo.

Gubernur Gusnar merespons dengan nada serupa. Ia menegaskan pentingnya kebersamaan dalam membangun daerah. “Kolaborasi itu hal sangat penting. Kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri walaupun kita pintar, kita jago, kita punya semua,” katanya. Sikap terbuka ini membuka kemungkinan kerja sama lebih konkret antara Pemprov Gorontalo dan perwakilan DPR RI di Senayan.

Pertemuan tersebut juga menyinggung beberapa isu strategis, termasuk pengembangan Pelabuhan Anggrek sebagai simpul ekspor-impor baru, revitalisasi destinasi wisata Pentadio Resort, dan penguatan SDM lokal. Ini memberi sinyal bahwa agenda pembangunan Gorontalo akan melibatkan lobi anggaran pusat dan manuver kebijakan lintas level pemerintahan.

Namun di balik gestur kebersamaan ini, tak bisa diabaikan konteks politik jangka menengah: pemilu 2029. Meskipun tidak secara eksplisit dinyatakan, langkah Gobel yang semakin intensif membangun komunikasi dengan kepala daerah bisa dibaca sebagai konsolidasi dini—entah untuk memperkuat pengaruh politik NasDem di Gorontalo, atau mempersiapkan platform baru yang lebih inklusif.

Dengan kehadiran tokoh-tokoh seperti Marten Taha dan Budi Doku, yang notabene pernah menjadi bagian dari poros kekuasaan lokal, pertemuan ini juga berfungsi sebagai ajang pemulihan dan penyatuan kekuatan. Dinamika ini patut diamati lebih jauh sebagai bagian dari kontestasi narasi dan pengaruh menjelang reshuffle lokal dan momentum politik nasional yang lebih besar.*****

Baca berita kami lainnya di

Exit mobile version