READ.ID- Cabang olahraga tinju amatir memang pantas menjadi salah satu cabang olahraga yang mendapat perhatian khusus dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Sederet nama petinju amatir Indonesia sudah menghiasi kancah Asia dan dunia.
Di kancah Asia, Frans van Bronkhorst menjadi juara kelas welter Asia tahun 1973. Lalu, Wiem Gommies yang meraih kejayaan pada era 60-an hingan awal 90-an. Pria kelahiran Ambon 31 Desember 1945 ini merupakan peraih emas kelas menengah Asian Games VI Bangkok 1970 dan Asian Games VIII Bangkok 1978. Dan, Pino Bahari yang meraih emas kelas menengan pada Asian Games Beijing, China 1990.
Begitu juga di Olimpiade. Ada tiga petinju yang mencatat sejarah manis dengan menembus perempatfinal Olimpiade. Yakni, Ferry Moniaga (Kelas Layang) pada Olimpiade Munchen 1972, Albert Papilaya (Kelas Menengah) pada Olimpiade Barcelona 1992 dan La Paena Masara (Kelas Layang) pada Olimpiade Atlanta 1996.
Kini, prestasi tinju amatir Indonesia boleh dibilang sudah padam. Tak ada lagi muncul pengganti Pino Bahari selama 28 tahun hingga penyelenggaraan Asian Games Jakarta 2018. Bahkan, Indonesia sudah tercatat pada tiga pelaksanaan Olimpiade tidak mampu lagi meloloskan petinju setelah Olimpiade Athena 2004.
Yang lebih miris lagi, PP Pertina di bawah kepemimpinan Irjen Pol Jhony Asadoma tak mampu menyumbangkan medali emas saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Buruknya prestasi tinju amatir Indonesia itu semakin terlihat tatkala petinju Indonesia tak mampu meraih emas pada SEA Games Philipina 2019. Padahal, Tim Tinju Indonesia sebelumnya tercatat sebagai juara umum pada Kejuaraan Tinju Amatir Internasional Piala Presiden di Labuhan Bajo, NTT 2019.
Berbicara soal Olimpiade Tokyo 2021, Indonesia memang masih punya peluang meloloskan petinju. Tetapi, peluang Aldom Sugoro dan kawan-kawan yang sedang menjalani pelatnas di Ciseeng, Bogor, Jawa Barat itu boleh dibilang sangat tipis.
Bukan pesimis tetapi Aldom dan kawan-kawan akan menghadapi persaingan ketat pada babak kualifikasi Olimpiade terakhir ditetapkan pada Kejuaraan Tinju Dunia di Paris, Mei 2021. Mereka akan berhadapan dengan petinju tangguh dari semua benua. Apalagi, tiket untuk ke Olimpiade Tokyo 2021 hanya diberikan kepada peraih medali emas.
Kini, PP Pertina di bawah kepemimpinan Jhony Asadoma akan berakhir 23 Desember 2020. Pada Musyawarah Nasional (Munas) Pertina di Labuhan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), 17 Desember 2020, akan diagendakan pemilihan Ketua Umum PP Pertina periode 2020-2024. Nama Mayjen TNI (Purn) Komaruddin Simanjuntak muncul sebagai pesaing Jhony Asadomo untuk menjadi orang nomor satu di organisasi tinju amatir nasional.
Mantan Pangdam Udayana yang pernah menjabat Ketua Pengprov Pertina Kalimantan Selatan (Kalsel) ini datang bukan tanpa konsep. Dia berjanji membawa perubahan untuk mengembalikan kejayaan tinju amatir Indonesia. Bahkan, Komaruddin Simanjuntak ingin meletakkan tata kelola organisasi dan pembinaan yang lebih baik dalam upaya menjawab tantangan Kemenpora sehingga tinju amatir bisa menjadi andalan Indonesia saat menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Memang butuh kerja keras untuk kembali mengangkat prestasi tinju amatir Indonesia. Namun, Komaruddin Simanjuntak punya keyakinan prestasi tinju Indonesia yang sudah jauh tertinggal dari negara-negara lain bisa dikejar.
“Jika saya mendapat kepercayaan dari pemilik suara untuk menjadi ketua umum PP Pertina, pertama kali saya lakukan adalah manata kembali organisasi. Kemudian, saya akan mengajak seluruh pengurus Pengprov Pertina untuk membuat grand desain pembinaan olahraga tinju amatir Indonesia serta program peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM),” kata Komaruddin saat dihubungi Rabu (25/11/2020).
Sebagai contoh, kata Komaruddin Simanjuntak, mengenai tata kelola organisasi dengan menempatkan the right men and the right place. Posisi Sekjen yang merupakan motor penggerak organisasi harus diisi figur yang paham tentang organisasi dan lancar berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
“Sekjen itu bukan hanya mengurus masalah administrasi saja tetapi punya kemampuan dalam berkomunikasi dengan Konfederasi Tinju Amatir Asia (ASBC) dan Asoasisi Tinju Amatir Internasional (AIBA). Jadi, dia bisa mendorong perwakilan Indonesia untuk bisa duduk di ASBC maupun AIBA. Kalau kita sudah punya perwakilan kan bisa memperjuangkan program-program ASBC dan AIBA bisa didapatkan untuk kemajuan tinju amatir Indonesia. Seperti program penataran pelatih maupun wasit,” jelasnya.
Posisi lain, kata Komaruddin Simanjuntak, Komisi Teknik (Komtek) dan Bidang Perwasitan yang harus diisi figur yang tepat. “Komtek itu harus bisa membuat program pembinaan prestasi tinju dan meningkatkan kualitas pelatih. Begitu juga dengan Bidang Perwasitan harus bisa membuat program peningkatan kualitas wasit/juri dan melahirkan wasit/juri yang mampu bersaing di jajaran wasit Asia dan dunia. SDM wasit dan pelatih mesti ditingkatkan sehingga kita tidak perlu lagi menyalahkan penilaian wasit menjadi penyebab kekalahan petinju Indonesia,” ujarnya lagi.
“Keberadaan wasit Indonesia di jajaran Asia dan dunia itu penting. Jadi, wasit/juri dari negara lain akan berpikir ulang untuk berbuat tidak fair terhadap petinju Indonesia. Dan kita juga bangga jika ada wasit/juri Indonesia mendapat kepercayaan untuk memimpin di kejuaran Asia, Dunia maupun Olimpiade,” tambahnya.
Ya, Indonesia dulu memang memiliki wasit/juri yang mengantongi sertifikat AIBA seperti Ismayana dan Pulo Pardede. Keduanya selalu mendapat kepercayaan untuk memimpin pertandingan tingkat asia maupun internasional. KIni, Indonesia hanya memiliki Putra Arisa Pohan yang akrab dipanggil Boy Pohan yang mengantongi wasit bintang 3. Dia terpilih menjadi salah satu wasit yang akan bertugas pada Olimpiade Tokyo 2021 dan ditugaskan untuk memimpin pertandingan babak kualifikasi Olimpiade di beberapa negara.
Terobosan lain yang cukup mengejutkan yakni keinginan Komaruddin Simanjuntak untuk menambah frekuensi pertandingan di dalam negeri maupun menggelar Kejuaraan Tinju Internasional Piala Presiden secara rutin.
“Petinju berkualitas itu lahir dari kompetisi. Semakin banyak bertanding maka mereka akan semakin matang. Jadi, kita memang butuh menambah frekuensi pertandingan di dalam negeri maupun keikutsertaan dalam event-event tingkat Asia dan dunia. Soal konsepnya seperti apa nanti kita akan bicarakan jika saya terpilih,” jelasnya.
Keberadaan Komarudin Simanjuntak ini semakin kokoh dengan kehadiran Brigjen TNI Jeffry Rahawarin selaku Ketua Tim Sukses. Pasalnya, pria yang menjabat Ketua Harian PP Pertina ini juga punya segudang pengalaman dan benar-benar pecinta tinju. Dia pernah menjabat sebagai Ketua Panitia Pelakasana Tinju SEA Games Jakarta-Palembang 2011 dimana Tim Tinju Indonesia meraih dua medali emas.
“Pak Komarudin Simanjuntak itu memang figur yang tepat memimpin PP Pertina. Bukan hanya hobi tinju tetapi beliau hadir akan membawa konsep perubahan. Dan, saya yakin olahraga tinju amatir bisa lebih baik ke depan,” katanya saat dihubungi terpisah.
Keyakinan Jeffry ini cukup beralasan. Sebab, dia melihat potensi petinju Indonesia cukup besar untuk bisa menembus prestasi pada level Asia dan dunia. “Potensi petinju Indonesia sangat besar. Jadi, perlu ada penyempurnaan dan program pembinaan yang lebih terarah,” tandasnya.
Daftar Petinju Indonesia yang tampil di Olimpiade:
– Olimpiade XX Munich, Jerman 1972.
1. Ferry Moniaga (Bantam) Perempat Finalis
2. Wiem Gommies (menengah).
– Olimpiade XXI Montreal, Kanada 1976
1. Syamsul Anwar Harahap (welter ringan)
2. Frans van Bronskhorst (welter)
– Olimpiade XXIII Los Angeles, Amerika Serikat 1984
1. Johni Asadoma (bantam)
– Olimpiade XXIV Seoul, Korea Selatan 1988.
1. Ilham Lahia (bulu)
2. Adrianus Taroreh (ringan)
– Olimpiade XXV Barcelona, Spanyol 1992.
1. Hendrik Simangunsong (menengah ringan)
2. Albert Papilaya (menengah) perempatfinalis
– Olimpiade XXVI Atlanta, Amerika Serikat 1996.
1. La Paene Masara (terbang ringan) perempatfinalis
2. Hermensen Ballo (terbang)
3. Nemo Bahari (bulu)
– Olimpiade XXVIII Athena, Yunani 2004.
1. Bonyx Saweho (terbang ringan)