Entrepreneurship adalah konsep yang telah menjadi sorotan dalam beberapa dekade terakhir. Konsep ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk menciptakan bisnis yang inovatif dan mengelola bisnis dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Banyak orang menganggap entrepreneurship identik dengan penciptaan atau penjualan sebuah produk, namun sebetulnya konsep ini jauh lebih luas dan kompleks daripada itu. Entrepreneurship bukan hanya tentang menciptakan produk, tetapi juga tentang bagaimana enterpreneurs mampu menciptakan nilai, mengidentifikasi peluang, dan mengambil risiko (Caiazza et al., 2020).
Dalam era digital saat ini, internet dan teknologi telah membuka peluang baru bagi banyak orang untuk memulai bisnis mereka sendiri. Namun, ini juga berarti bahwa persaingan semakin ketat dan entrepreneur harus memiliki keterampilan yang lebih baik untuk memenangkan pasar. Entrepreneur harus memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi peluang bisnis dan menciptakan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada. Hal ini tidak selalu melibatkan penciptaan produk baru, tetapi juga melibatkan proses pembuatan rencana bisnis yang solid, memilih model bisnis yang tepat, dan membangun tim yang efektif. Entrepreneur harus mampu mengembangkan strategi yang efektif dan memiliki keterampilan dalam mengelola keuangan dan risiko untuk memastikan bisnis mereka dapat berjalan dengan lancar dan sustainable.
Disamping keterampilan dalam mengidentifikasi peluang dan strategi bisnis, entrepreneur juga harus mengasah soft-skill yang dimiliki sehingga memperbesar peluang kesuksesan dalam mengembangkan sebuah bisnis (Tem et al., 2020). Pertama, keterampilan problem solving. Enterpreneur perlu memiliki kemampuan untuk kritis mengidentifikasi masalah yang dihadapi, kreatif, dan mengembangkan solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan. Kedua, keterampilan komunikasi. Enterpreneur harus mampu menjadi komunikator yang efektif untuk memasarkan bisnis, menyampaikan ide, dan juga menegosiasikan kesepakatan. Keterampilan komunikasi ini juga meliputi kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, berempati, dan bekerja secara kolaboratif dengan orang lain. Ketiga, keterampilan kepemimpinan. Enterpreneur diharapkan mampu memimpin tim secara efektif, menginspirasi karyawannya, dan membangun budaya organisasi yang positif. Keterampilan ini erat kaitannya dengan proses pengambilan keputusan, pendelegasian, resolusi konflik, dan pembinaan yang diimplementasikan dalam bisnis yang dijalankan. Keempat, kemampuan beradaptasi. Dalam lingkungan bisnis yang terus berkembang, enterpreneur harus fleksibel dan dapat beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi. Keterampilan beradaptasi ini melibatkan kemampuan untuk menyesuaikan proses bisnis yang dijalankan serta mengadopsi teknologi dan model bisnis baru yang berkembang.
Konsep enterpreneurship pun terus berkembang dan telah lama digaungkan di level universitas. Universitas menyadari pentingnya mengajarkan keterampilan kewirausahaan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan mereka menjadi wirausahawan yang sukses di masa depan. Mahasiswa dianggap memiliki potensi untuk menjadi pengusaha yang sukses yang dilengkapi dengan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam memulai dan menjalankan bisnis. Namun pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa memiliki ketertarikan dan kemampuan untuk menciptakan sebuah produk. Implementasi konsep entrepreneurship di level universitas sejatinya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan keahlian dan bidang keilmuan mahasiswa. Hal ini penting untuk dilakukan agar mahasiswa dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki secara optimal dan meningkatkan peluang kesuksesan dalam dunia kerja.
Dalam menjalankan konsep kewirausahaan, diperlukan identifikasi keahlian dan bidang keilmuan mahasiswa sehingga penggunaan pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang kewirausahaan dapat dimaksimalkan. Misalnya, mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan bidang teknologi informasi dapat memanfaatkan keahlian mereka untuk menciptakan sebuah produk atau aplikasi teknologi yang inovatif. Mahasiswa yang memiliki latar belakang pendidikan bidang manajemen, dapat memanfaatkan keahlian mereka untuk mengembangkan strategi bisnis yang efektif. Pengetahuan tentang perilaku konsumen dan riset pasar dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pemasaran yang efektif. Mahasiswa dengan latar belakang pendidikan bahasa dapat mengimplementasikan kemampuan menulis dan keterampilan multibahasa untuk menghasilkan konten promosi bisnis yang menarik yang dapat membantu meningkatkan visibilitas dan branding bisnis. Mahasiswa dengan bidang keilmuan hukum dapat menerapkan kemampuan analisis hukum dalam memahami peraturan dan persyaratan bisnis, seperti lisensi dan perizinan yang diperlukan. Disamping itu, kemampuan berargumentasi yang dimiliki juga dapat diterapkan dalam mengembangkan materi pemasaran dan menjalin kemitraan bisnis.
Pada akhirnya, kewirausahaan lebih dari sekedar menciptakan dan menjual produk. Dibutuhkan beragam keterampilan untuk mengelola bisnis secara efektif dalam lingkungan bisnis yang kompetitif. Di level universitas, konsep entrepreneurship yang diimplementasikan harus lebih luas dan holistic, tidak hanya terfokus pada penciptaan produk. Penting untuk diingat bahwa entrepreneurship bukan hanya tentang bagaimana mahasiswa memulai bisnis dengan menciptakan produk baru, namun juga bagaimana keterampilan kewirausahaan seperti kemampuan mengembangkan inovasi, manajemen risiko, keberanian untuk mengambil risiko, dan soft-skill lainnya dapat diasah dan diterapkan pada karirnya di masa mendatang. Melalui program pembelajaran yang relevan dengan bidang keilmuan, minat, dan kemampuan, maka mahasiswa dapat memainkan perannya dengan baik untuk mencapai kesuksesan.
Penulis:
Citra Aditya Kusuma, B.Com., MIB
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Gorontalo