READ.ID – Wakil Ketua DPD RI, Nono Sampono mengingatkan, Indonesia harus mewaspadai perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia Pasifik yang berpengaruh terhadap pergeseran Geo Politik, Geo Ekonomi dan Geo Strategi.
Demikian diungkapkan Nono Sampono saat berbicara di hadapan Menkopolhukam Mahfud MD dan jajaran pejabat eselon I dan II di Lingkungan Kementerian Polhukam, Selasa (7/7/2020) di Ruang Bima, Kemenpolhukam, Jakarta.
“Yang bakal terpengaruh oleh perkembangan lingkungan strategi kawasan Asia Pasifik sebenarnya bukan hanya kita (Indonesia), tapi secara keseluruhan akan menimpa Negara-negara Asean,” ujarnya.
Pasalnya Kata Nono Sampono, sejak bulan Mei 2018 saja, sudah terjadi perubahan-perubahan besar keamanan di Asia yang dinamakan Indo Pacifik Region. Dan yang paling harus diwasapadai menurut Nono bukan hanya sebatas kemanan perbatasan.
Tapi efek dari persaingan perdagangan global yang bakal masuk melalui jalur-jalur laut dan pemanfaatan pelabuhan Indonesia. “Kita harus akui, saat ini barang-barang dari China misalnya, itu sudah kemana-mana, banyak Negara sudah ketergantungan dengan China, termasuk negara kita,” urainya.
“Bisa kita bayangkan, dari kita bangun tidur, mandi sampai berangkat kerja kita hampir menggunakan barang China. Demikian juga perabotan dan asesoris rumah tangga juga dari China,” timpalnya.
Sementara lanjut Nono, negara pesaingnya seperti Amerika belum mampu bersaing dengan China. “Kalau Amerika saja belum mampu, apalagi kita. Dari segi Politik, saat ini kita hanya bisa mempertahankan segala macam keragaman sumber daya alam yang kita miliki,” tukasnya.
Hingga saat ini kata Nono lagi, Indonesia masih kalah agresif dalam memperluas pasar maupun investasi di kawasan Asia Tenggara dibandingkan dengan negara-negara anggota Asean yang lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam.
Sebagai negara dengan wilayah terluas dan memiliki area yang menjadi penghubung sebagian besar negara di Asia Tenggara, Indonesia harus mengoptimalkan peluang strategis di kawasan tersebut tidak hanya ekspor produk barang maupun jasa, namun juga investasi. Investasi ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tapi juga memperkuat integrasi antar kawasan.
Saat ini Indonesia hanya bertumpu pada kesepakatan perdagangan bebas Asean atau Asean Free Trade Agreement (AFTA) beserta kesepakatan Asean dengan negara mitra (Asean-China FTA/ACFTA, Asean-Korea FTA/AKFTA, Asean-Japan CEP/AJCEP, Asean-India FTA/AIFTA dan Asean Australia New Zealand FTA-AANZFTA), namun penetrasi pasar masih sangat minim.
Kondisi ini harus berubah jika Indonesia menginginkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tengah-tengah perang dagang AS-China. “Kita harus bisa menghadapi persaingan dalam perdagangan global yang saat ini mereka kuasai. Karena, 90 persen perdagangan dunia itu melalui laut dan melintasi Indonesia. Ini Yang perlu kita manfaatkan. Jangan sampai kita hanya menjadi konsumen atau Pasar saja. Tapi, kita juga harus bisa menjadi produsen,” tegasnya.
Untuk itu kata Nono, Kita tidak boleh terperovokasi dengan ancaman-ancaman keamanan dari luar, yang bertujuan untuk mengacaukan konsentrasi bangsa Indonesia untuk mengimbangi persaingan dagang negara-negara kuat. “Kita jangan terkecoh, termasuk provokasi Natuna. Ingat kita ini Poros Maritim Dunia Lho, jadi yang megang kendali itu kita,” tegasnya.
Untuk itu, Nono menawarkan berbagai hal dalam konteks Asean. Pertama kata Dia, Indonesia tidak bisa berfikir atau ingin maju sendiri, namun harus berfikir maju bersama dengan negara-negara Asean.
“Kemudian, kita harus menghindari konflik dan fokus menjaga arus pelayaran khususnya di kawasan laut China Selatan. Kemudian kita juga harus secepatnya melakukan diplomasi-diplomasi Maritim. Kenapa? Ya karena arus perdagangan akan lebih banyak melintasi laut,” urainya.
Terakhir, kata Nono, adalah memperkuat militer. “Untuk bersaing dan merebut perdagangan global itu, kita juga tidak bisa abaikan kekuatan militer. Jadi selain kekuatan ekonomi, pertahanan militer kita juga harus diperkuat,” tandasnya.
Indonesia kata Nono, sebenarnya memiliki keunggulan bukan hanya dari sumber daya alam (SDA) namun juga posisi geografis strategis di kawasan Asean. Posisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal baik untuk jalur perdagangan maupun jalur logistik yang memungkinkan proses investasi berjalan lebih baik lagi.
Berbagai macam sektor yang tersedia di kawasan Asia Tenggara sangat potensial untuk dimanfaatkan Indonesia. Kerjasama (partnership) dengan pengusaha lokal di masing-masing negara juga terbuka lebar.
“Investasi di kawasan Asean akan membantu Indonesia untuk mengurangi tekanan sebagai dampak dari perang dagang Amerika Serikat-China. Selain itu, kehadiran Indonesia di kawasan Asia Tenggara dalam jangka panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan. Investasi dan pemanfaatan akses pasar Asean oleh Indonesia akan meningkatkan peran di kawasan tersebut secara lebih elegan,” pungkasnya.