READ.ID – PT Indonesia Tourism Development Corporationa (ITDC) menargetkan dalam 5 tahun mampu menyerap 5.000 tenaga kerja lokal putra daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk bekerja dalam proyek pembangunan Mandalika.
Target ribuan tenaga kerja lokal tersebut tidak lepas dari pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Super Prioritas (KSPN) The Mandalika yang terus dikebut.
Menanggapi hal itu, Komite III Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sangat mendukung target dari pemegang proyek pembangunan Mandalika tersebut.
Dikatakan Wakil Ketua Komite III DPD RI, Evi Apita Maya, S.H, M.Kn, selain menyerap tenaga kerja putra daerah, proyek pembangunan yang sedang dijalankan ITDC juga diharapkan mampu mengangkat ekonomi masyarakat.
“Selain menyerap tenaga kerja diiharapkan proyek ini mampu menghidupkan ekonomi masyarakat berbasis UKM (usaha kecil dan menengah),” ujar Senator asal Nusa Tenggara Barat itu dalam keterangannya, Senin (8/3/2021).
“Di NTB banyak mutiara-mutiara yang menjadi salah satu mata pencaharian
masyarakat disana. Setidaknya dengan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) ini setiap potensi akan dapat dihidupkan,” tambahnya.
Selain itu, Anggota DPD RI yang serius mengawal pembangunan kawasan Mandalika itu juga meminta kepada dinas pariwisata dan ekonomi kreatif NTB memikirkan sebuah gagasan agar masyarakat memiliki penghasilan dari sebuah produk khas NTB.
“Kita juga meminta agara a dinas ekonomi kreatif dan pariwisata untuk menyiapkan juga produk unggulan khas NTB, sehingga nantinya bisa menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat,” tuturnya.
Ia mencontohkan pertumbuhan ekonomi kreatif dan industri kreatif di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang semakin pesat. Menurutnya, salah satu wisata unggulan di Kota Yogyakarta adalah wisata belanja yang tersebar di beberapa kawasan, salah satunya di pasar tradisional terbesar di Kota Yogyakarta, Beringharjo.
Wisata belanja, lanjut dia, sangat didukung oleh peran industri kreatif yang ada di Yogyakarta dan jika tidak digandeng menjadi bagian penting pariwisata maka potensi wisata belanja tidak akan optimal.
“Pariwisata tidak bisa dilepaskan dari ekonomi kreatif. Jika ingin mengembangkan potensi pariwisata dengan optimal, maka peran ekonomi kreatif dan industri kreatif harus dilibatkan secara maksimal,” jelasnya.
“Oleh karena itu, Yogyakarta patut di contoh. Karena wisata di Yogyakarta mampu menghidupkan ekonomi kreatif dengan berbagai jenis kerajinan tangan yang menjadi sumber penghasilan masyarakat. Itu hanya salah satu contoh saja, masih ada banyak sektor ekonomi kreatif dan industri kreatif yang berperan dalam pengembangan pariwisata misalnya saja fashion, kriya dan banyak hal lainnya,” sambungnya.(rilis)