READ.ID – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Gorontalo meminta pemerintah provinsi (Pemprov) Gorontalo harus melengkapi tenaga medis dengan pakaian Hazmat atau alat perlindungan diri (APD).
Ketua IDI dr. Irianto Dunda mengatakan, kebutuhan pakaian Hazmat sangat penting karena tenaga medis adalah lini terdepan dalam percepatan penanganan virus Corona. Hazmat merupakan baju pengaman yang dipakai dalam keadaan tertentu. Dalam kasus virus corona, digunakan oleh petugas medis untuk melindungi diri dari paparan virus yang ada pada tubuh pasien positif corona.
“Untuk (dokter) yang di rumah sakit ini, kami IDI sangat concern untuk menggaungkan kepada pemerintah bahwa mereka harus dilindungi. Pertama tentang alat perlindungan diri mereka. Kalau secara prosedur yang sebagus-bagusnya, dokter dari rumah ke rumah sakit harus ganti baju. Mereka harus disediakan baju sendiri (APD). Setelah melaksanakan tugas kemudian ganti baju lagi,” ujar dr. Irianto dalam Dialog Spesial Gubernur Menyapa yang disiarkan oleh Radio Suara Rakyat Hulondalo di Warkop Ano, Minggu (22/03).
dr. Triyanto menambahkan, minimnya APD di Gorontalo bisa berakibat fatal bagi para tenaga medis. Mengingat merekalah yang melakukan kontak langsung dengan pasien dan berpotensi terpapar juga oleh virus tersebut.
Menanggapi hal itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menyatakan pihaknya telah memesan langsung 1000 buah APD. Sebelumnya, ia juga sudah memesan dari Kementerian Kesehatan RI sebanyak 1000 buah, tapi hanya 100 buah yang disanggupi oleh Kemenkes.
“Untuk APD, tiga hari lalu kita sudah putuskan untuk beli di PT Sriteks yang ada di Solo. Kita sudah pesan untuk 1000 buah, kita pesan langsung dari pabriknya. Sudah kontek direkturnya, dan Insya Allah akan dibagikan ke kabupaten kota. Kita sudah minta kepada Kemenkes, dari 1000 hanya dapat 100 dan sudah di bagi-bagi,” jelas Rusli.
Dalam dialog tersebut juga terungkap pemprov Gorontalo sempat berencana untuk membeli alat pendeteksi dini virus corona. Namun menurut Rusli, pengadaan alat tersebut harus ditunjang dengan sumber daya manusia yang memadai.
“Ada masukan dari teman-teman dokter, Pak Gubernur itu tidak sembarangan belinya. Bukan hanya alatnya saja, tapi SDM juga harus siap. Takutnya kita sudah beli tapi alatnya tidak bisa di operasionalkan karena SDM tidak tersedia,” lanjut Rusli.
Rusli meminta masyarakat tidak perlu khawatir terkait pemeriksaan sampel virus. Jika selama ini sampel dikirim langsung ke Jakarta dan membutuhkan waktu yang lama, maka saat ini sampel hanya dikirim ke Makassar. Jarak yang tidak terlalu jauh berefek pada hasil pemeriksaan sampel yang cepat diketahui. (Adv/RL/Read)