READ.ID,- Penyelamatan Danau Limboto dijadikan sebagai salah satu fokus kerjasama riset pengembangan Geopark Gorontalo bersama The Research Institute for Humanity and Nature (RIHN) Kyoto Jepang.
Menurut Kepala Bapppeda Provinsi Gorontalo Budiyanto Sidiki, saat diwawancarai via telepon terkait kerjasama riset ini, Sabtu (6/7/2017), Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui bidang Litbang Bapppeda Provinsi Gorontalo telah melaksanakan beberapa kali pertemuan dengan Masayuki Sakakibara (RIHN) terkait kerjasama dalam riset untuk mengusulkan potensi geopark Gorontalo menjadi Nasional Geopark bahkan menjadi Global Geopark.
” Geopark secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep manajemen pengembangan kawasan berkelanjutan yang menyerasikan keragaman geologi, hayati, dan budaya melalui prinsip konservasi, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan secara holistik,” jelas Budiyanto.
Lebih lanjut Kaban Bapppeda menguraikan, berdasarkan data tataan tektonik Indonesia oleh pakar geologi indonesia, Gorontalo harus mewaspadai ancaman bahaya gempa bumi dan tsunami, sebagai daerah yang rawan bencana, Gorontalo dikepung 4 patahan yang sewaktu-waktu bisa menimbulkan gempa bumi dan tsunami.
Posisi Gorontalo ini unik, karena di daerah ini terdapat ancaman gempa dari 4 sisi, yaitu sesar di laut sebelah utara, sesar yang memotong daratan Gorontalo, serta sesar di sebelah selatan dan timur. Berdasarkan data ini salah satu sesar yang melintasi dataran gorontalo berada tepat membelah danau Limboto.
Lebih jauh Budiyanto mengungkapkan, data dari salah satu ahli geologi Jepang yaitu Masayuki Sakakibara (RIHN jepang), potensi bencana ini ditandai dengan adanya potensi sumber air panas di daerah pentadio dimana lazimnya sumber air panas berada di daerah yang memiliki gunung berapi/potensi vulkanik.
“Untuk itu perlu adanya riset lebih dalam mengenai potensi kebencanaan akibat adanya sesar yang melintasi wilayah gorontalo khususnya danau limboto,” urai Budiyanto.
Data yang diperoleh dari bidang Litbang Bapppeda Provinsi Gorontalo, Danau Limboto merupakan salah satu aset sumber daya geologi milik Provinsi Gorontalo yang berperan sebagai pencegah banjir, tempat penyimpanan air, sumber air pengairan, lahan perikanan, habitat berbagai fauna dan flora, tempat olah raga air (dayung), dan obyek wisata.
Secara geologi, danau ini terbentuk karena tektonik yang sangat aktif pada lengan utara Sulawesi khususnya dan tektonik pulau Sulawesi umumnya. Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau laguna, yang merupakan muara sungai-sungai yang ada di gorontalo.
Kondisi saat ini, danau limboto sudah sangat memprihatinkan. Berdasarkan data, luas danau Limboto berkurang seluas 4.304 Hektar (62,6%) atau rata –rata susut luas danau mencapai 66 hektar pertahun. Dan ada kemungkinan danau ini akan lenyap 37 tahun kemudian yakni pada tahun 2044, dan menjadi daratan bila tidak dilakukan penyelamatan atas danau ini.
Susut danau akan meningkat akibat penggunaan lahan sawah dan pemukiman menuju arah inti lembah danau sehingga kemungkinan danau ini akan lenyap lebih cepat. Ditambah lagi dengan adanya potensi gempa terhadap wilayah Gorontalo yang dapat menyebabkan tsunami danau serta kemungkinan bencana lainnya seperti likuifaksi.
“Inilah yang menjadi salah satu konsen Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk mengangkat danau limboto sebagai salah satu geosite sehingga perlu dilaksanakan riset terkait warisan geologi sebagai bagian dari potensi pengembangan geopark gorontalo yang nantinya diharapkan akan menciptakan produk geowisata yang melindungi geoheritage, membantu membangun komunitas, mengkomunikasikan dan mempromosikan warisan geologi di Indonesia,” pungkas Budiyanto.
Pertemuan-pertemuan terkait riset ini juga telah dilakukan oleh Bappeda bekerjasa dengan RIHN beberapa waktu lalu dan juga akan melibatkan perguruan tinggi yang ada di Gorontalo seperti Universitas Negeri Gorotalo dan perguruan tinggi lainnya seperti Institut Teknologi Bandung.****