Polda dan Densus 88 bersama BEM UNG Bahas Radikalisme dan Terorisme di Gorontalo

REA.ID – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menyelenggarakan kegiatan Dialog Kebangsaan dengan tema “Fenomena Radikalisme dan Terorisme di Provinsi Gorontalo: Membangun Kesadaran Kritis Masyarakat.” Acara yang digelar di Gedung Rektorat UNG Lantai 4 ini menghadirkan narasumber dari Polda Gorontalo, Korem Nani Wartabone, dan Akademisi Funco Tanipu.

Dialog ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Gorontalo tentang bahaya radikalisme dan terorisme, serta pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Materi yang dibahas meliputi pengawasan dan penegakan hukum terhadap paham radikal, penguatan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi, serta peran pendidikan dalam menangkal radikalisme.

Provinsi Gorontalo, meskipun dikenal sebagai daerah yang religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, tidak kebal dari ancaman radikalisme. Penyebaran paham radikal terjadi melalui berbagai saluran, termasuk media sosial, kegiatan keagamaan yang tidak terkontrol, dan kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Radikalisme tidak hanya mengancam keamanan dan ketertiban, tetapi juga dapat mengganggu keharmonisan dan keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk bersatu dan merumuskan strategi yang efektif dalam menangkal radikalisme serta memperkuat nilai-nilai kebangsaan di Gorontalo.

Dialog Kebangsaan ini dihadiri oleh seluruh Organisasi Mahasiswa (Ormawa) tingkat Universitas Negeri Gorontalo dan seluruh Presiden Mahasiswa Universitas se-Provinsi Gorontalo. Peserta diharapkan dapat menjadi contoh di institusi masing-masing dalam membangun kesadaran kritis masyarakat terhadap bahaya radikalisme dan terorisme.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Gorontalo akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta memperkuat nilai-nilai kebangsaan dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme.

Baca berita kami lainnya di

Exit mobile version