READ.ID – Kepolisian resor (Polres) Purbalingga, melalui Satreskrim mengungkap kasus hubungan sedarah (inses) seorang bapak terhadap anak kandungnya di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
“Kasus persetubuhan ini dilakukan oleh BN (41), warga Kaligondang, Purbalingga, terhadap anak kandungnya berinisial DM (16),” ujar Wakapolres Purbalingga, Kompol Donni Krestanto, Senin (24/7/23).
Terungkapnya kasus tersebut berawal dari kecurigaan ibu korban, MSI (39), yang melihat kondisi anaknya agak gemuk dan mengeluh lemas serta perutnya membesar.
Oleh karena itu, lanjutnya MSI mengantar anaknya ke RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Setelah pemeriksaan air seni menggunakan alat tes kehamilan, hasilnya positif hamil.
Menurutnya, MSI selanjutnya menanyakan perihal kehamilan tersebut kepada anak tersebut dan DM selaku bapak kandungnya mengaku jika perbuatan itu dilakukan oleh BN yang merupakan ayah kandungnya.
“Setelah mendengar pengakuan DM, ibu korban kemudian melaporkan kepada kakaknya, MBR (49). Pakde korban itu selanjutnya lapor ke kepolisian,” jelasnya.
Berdasarkan laporan tersebut, petugas dari Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Purbalingga menangkap BN pada tanggal 19 Mei 2023.
Dari hasil pemeriksaan, BN mengaku perbuatan tersebut pertama kali dilakukan tersangka pada bulan Agustus 2017 saat korban masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar.
“Saat itu tersangka pura-pura tidur di samping korban dan mengajak anaknya untuk melakukan persetubuhan. Namun, DM menolak ajakan tersebut,” jelasnya.
Lanjutnya, karena ditolak, BN mengancam akan membunuh korban jika tidak mau melayani permintaannya, dan akhirnya DM menuruti kemauan ayahnya pada tanggal 15 Agustus 2017 sekitar pukul 23.00 WIB.
Setelah kejadian tersebut, lanjut dia, tersangka sering melakukan persetubuhan dengan anaknya.
“Kadang seminggu tiga kali, kadang setiap hari tergantung pada kemauan dan kondisi di rumah. Perbuatan itu terakhir dilakukan pada tanggal 24 Maret 2023 sekitar pukul 01.00 WIB di kamar korban,” ujarnya.
Akibat perbuatan tersebut, tersangka BN dijerat Pasal 81 ayat (1), (2), dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang.