READ.ID – Teka teki perombakan atau reshuffle Kabinet Indonesia Maju (KIM) pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai pengamat dan pakar ilmu pemerintahan tidak produktif terjawab sudah. Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Selasa (22/12) mengumumkan nama-nama yang bergabung dengan KIM serta mereka yang diganti.
Sejumlah menteri dicopot dan dikeluarkan dari KIM. Ada anggota KIM yang cuma digeser posisinya. Namun, perombakan kabinet yang menjadi hak prerogatif presiden ini mengagetkan pengamat, ekonom dan pakar ilmu pemerintahan.
Bukan karena dicopot dan dibuangnya Mayjen TNI Dr Terawan Agus Putranto sebagai Menteri Kesehatan, tetapi posisi tersebut dipercayakan kepada Budi Gunadi Sadikin yang bukan berlatar belakang dokter atau orang tidak berkarir pada masalah medis.
Langkah yang dilakukan Jokowi itu sangat di luar dugaan karena selama ini posisi tersebut selalu dipercayakan kepada dokter atau orang yang menggeluti masalah medis. Dan, itu sudah terjadi sejak awal negara ini terbentuk.
Bahkan enam kabinet pimpinan Presiden Soeharto, posisi Menteri Kesehatan tidak lepas dari tokoh yang berlatar belakang dokter. Demikian pula pada era Pemerintahan BJ Habibie, Abdurahman Wahid alias Gus Dur, Megawati maupun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Malah sebelum posisi Terwan diganti Jokowi dengan Budi Gunadi Sadikin, posisi Menteri Kesehatan selalu berlatar belakang dokter.
Pergantian menteri kesehatan memang mengagetkan. Selain karena kompetensi Terawan memang tidak perlu diragukan, dia juga pekerja yang berintegritas. Bahkan Terawan itu pelayan rakyat yang tulus dan ikhlas. Pengabdiannya pada pertiwi tidak perlu diragukan lagi.
“PakTerawan itu berkeja dengan hati tanpa menghiraukan hingar bingar publikasi melalui media. Ia sungguh-sungguh sosok yang bekerja dalam keheningan,” ungkap politisi senior Partai Demokrat di Komisi IX DPR RI, Lucy Kurniasari menjawab Read.id, Rabu (23/12).
Rupanya, ungkap wakil rakyat dari Dapil I Provinsi Jawa Timur tersebut, sosok demikian tidak mendapat tempat. Beliau ditenggelamkan oleh sosok yang sedikit bekerja dan berkarya tapi hebat dalam pencitraan.
Kekagetan Lucy ini semakin bertambah setelah diketahui pengganti Terawan bukan berlatar belakang kesehatan. Ini tentu ironis, sebagai kementerian teknis nantinya dipimpin oleh sosok yang tidak memiliki pengetahuan teknis kesehatan.
Karena itu, sungguh sangat disayangkan digantinya Terawan sebagai menteri kesehatan. Ini menjadi sejarah, selama Kementerian Kesehatan berdiri, baru kali ini dipimpin sosok yang bukan berlatar belakang kesehatan.
“Saya khawatir, dengan latar belakang bankir, kesehatan di Indonesia akan kehilangan idealisme. Komersialisasi di bidang kesehatan semakin tidak terkendali. Semoga ini hanya sebatas kekhawatirannya saya saja,” jelas Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Kota Surabaya ini.
Kecewa memang, lanjut Ning Suroboyo 1986 tersebut, tetapi soal reshuffle itu sepenuhnya hak prererogatif presiden. “Tugas kami sebagai Anggota DPR dan menjadi wakil rakyat untuk mengawasi kerja menteri,” demikian Lucy Kurniasari.