READ.ID – Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia (lansia) mengalami kemunduran fisik dan mental. Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan para lansia. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lansia adalah masalah kesehatan sehingga diperlukan upaya menyeluruh untuk meningkatkan kesehatan pada masyarakat khususnya kelompok pra lansia dan lansia serta upaya pembinaan dan pelayanan yang terus menerus.
Perubahan biologis menyebabkan kecenderungan lansia menderita penyakit kronik degeneratif. Berdasarkan Riskesdas 2018, sepuluh penyakit kronik degeneratif terbanyak pada lansia adalah hipertensi, arthritis, stroke, diabetes mellitus, kanker, penyakit jantung koroner, batu ginjal, gagal ginjal dan gagal jantung. Litbangkes (2014) menunjukkan bahwa lansia yang sehat tanpa penyakit sebesar 13%, dengan satu penyakit 34,6%, dua penyakit 28%, tiga penyakit 14,6%, empat penyakit 6,2%, lima penyakit 2,3%, dan yang menderita penyakit lebih dari 6 penyakit 0,3%. Sehingga lansia dimasukkan dalam kategori geriatric bila menderita 2 penyakit atau lebih.
Berdasarkan hal tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melaksanakan Kegiatan Pelatihan Pelayanan Kesehatan Lansia dan Geriatri bagi Petugas Puskesmas yang dilaksanakan selama 5 (lima) hari pada tanggal 07 s/d 11 September 2020 di Hotel New Rahmat, Kota Gorontalo. Kegiatan ini bertujuan sebagai acuan bagi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan perawatan jangka panjang bagi lansia di wilayah kerjanya serta bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dengan tugas dan kewenangannya. Peserta pada kegiatan ini berjumlah 14 orang yang terdiri dari Dinkes Provinsi 2 orang dan Dinkes Kab/Kota 12 orang dengan Narasumber/Fasilitator adalah tim TOT yang sudah dilatih di Kemenkes RI.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, pengendalian Penduduk dan KB dr. Rosina Kiu menjelaskan bahwa pelayanan kesehatan kepada lansia dilakukan mulai dari tingkat keluarga, tingkat masyarakat melalui posyandu lansia/posbindu, dan pelayanan di sarana pelayanan kesehatan dasar dengan mengembangkan puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan santun lansia serta rujukannya di rumah sakit.
“Pelayanan di puskesmas lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan. Puskesmas merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan masyarakat, dimana puskesmas dapat menyentuh langsung masyarakat”, ungkap dr Nina, sapaan akrabnya.
Ditambahkannya bahwa agar petugas di puskesmas ini dapat memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, maka mereka harus mempunyai pengetahuan baik secara teori maupun praktik di lapangan. Peningkatan kapasitas petugas di puskesmas ini dapat dilakukan melalui pelatihan pelayanan kesehatan Lanjut Usia dan geriatric.
Sementara itu, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Pengendalian Penduduk, KB dan Gizi H. Syafiin S. Napu, SKM, M.Kes menyampaikan bahwa pada tahun 2016-2017 telah dilakukan pelatihan bagi tim fasilitator untuk 34 provinsi. Tetapi dengan adanya perubahan struktur dan mutasi pegawai Dinas Kesehatan Provinsi, maka terjadi pergantian petugas, khususnya penanggung jawab program lansia.
“Selain itu juga terjadi pengurangan anggota tim fasilitator dari rumah sakit/puskesmas karena melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan atau mengalami mutasi”, ujar Syafiin.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan kembali Pelatihan bagi pelatih Pelayanan Kesehatan Lansia dan Geriatri. Tim fasilitator ini diharapkan dapat membantu percepatan pelaksanaan pelatihan bagi semua puskesmas terutama untuk mengembangkan pelayanan kesehatan santun lansia.
(Adv/RL/Read)