READ.ID – Acara Haul Gus Dur yang dilaksanakan oleh komunitas GusDurian Gorontalo berjalan dengan khidmat, dimana tokoh lintas agama dan budaya merefleksi kisah Gus Dur dari berbagai perspektif keagamaan.
Acara Haul satu dekade yang dilaksanakan di Asrama Haji, Kota Gorontalo pada sabtu (15/2), dihadiri oleh berbagai kalangan umat pemeluk agama di Gorontalo, baik dari Kristen, Budha, Hindu maupun Islam, yang duduk bersama-sama tanpa ada sekat didalamnya.
Rois Syuriah PW NU Gorontalo KH. Sarmada Inaku, mengisahkan sosok Abdurrahman Wahid, yang seorang cucu dari pendiri NU, oleh karena itu wajib bagi warga nahdliyin memuliakan mereka, dalam rangka untuk mendapatkan keberkahan.
“Kita kenal GusDur sebagai orang yang baik, dan bersifat memasyarakat, baik kepada muslim ataupun diluar muslim,” jelasnya sambil mengisahkan pentingnya bagi warga Nahdliyin, untuk memuliakan GusDur cucu dari Hadaratusyaik KH. Hasyim Asyari.
Mubaligh Jamaat Ahmadiyah Gorontalo Nanang menjelaskan, Gus Dur bukan hanya membawa keamanan bagi keluarganya, tapi juga sumber keamanan bagi seluruh elemen. Lanjutnya untuk menciptakan perdamaian dan keamanan, dibutuhkan sosok sepertinya.
“Kita mengenang sosok gusdur, dan mengambil pelajaran darinya tentang bagaimana kita menciptakan perdamaian, menghormati keragaman dan menghormati semua agama,” terangnya yang mengakui bahwa dirinya belum layak untuk menjelaskan sosok Gus Dur.
Perwakilan Agama Kristen Lesti, mengingatkan kata yang sering dikeluarkan oleh Gus Dur “Gitu Aja Kok Repot”. Ia menjelaskan, sebagai presiden ke empat Gus Dur dalam menyelesaikan masalah keagamaan, ia tidak memihak salah satu agama, tetapi ia membela kemanusiaan.
“ Beliau luar biasa membela kemanusiaan dimana pun dia berada, karena dia tau kita ini adalah ciptaan Tuhan, sama tinggi sama rendah apapun jabatan kita di Bumi ini itu sia-sia kalau tingkat keberadaban kita untuk saling menghargai disepelehkan, ia (Gus dur) menjunjung tinggi kemanusiaan kita, tidak ada pembedaan agama katolik atau agama yang lain, saya berterimakasih karena beliau begitu baik,” ungkapnya yang juga berterimakasih kepada keluarga besar Gus Dur Alissa Wahid.
Perwakilan Hindu Pandite Komang Swandike, mengenang sosok Gus Dur yang sederhana, dan ia mengatakan banyak belajar dari karya-karya Gus Dur serta berusaha jadi sederhana seperti panutannya.
“Sesuatu yang saya terima lapang dada dari Gus Dur yakni ngapainlah bela Tuhan, yang kita bela itu kemanusiaan itu saja. Karena Tuhan sudah sangat kuasa, itu yang bisa saya petik dari beliau,pesan yang disampaikannya kepada kita semua dan itu berlaku untuk selamanya,” ucapnya sambil mengenang kisah Gus Dur sosok yang sederhana dimatanya.
Perwakilan Budha Pandita Waluyo, mewakili umat Budha yang minoritas di daerah Provinsi Gorontalo mengucapkan terimakasih kepada Gus Dur beserta Alissa Wahid sebagai putri sulungnya.
“Sebelum Gus Dur jadi Presiden, kami belum bisa merayakan cap go meh, tetapi setelah beliau jadi Presiden kami bisa merayakan cap go meh, dan itu juga menjadi hiburan bagi masyarakat Gorontalo, ,” ucapnya dengan sederhana mengenang sosok Presiden ke empat Gus Dur.
Koordinator Nasional Jaringan GusDurian Alissa Wahid, mengakui senang dengan diadakannya Haul Gusdur, terutama oleh komunitas GusDurian Gorontalo.
“Dalam haul gusdur, setiap manusia dapat melebur dengan manusia lain, tanpa takut dipersoalkan atributnya, bahkan tanpa takut ditanya agama kamu apa?” jelas Alissa.
Ia menjelaskan bahwa, sosok yang dikenal sebagai Gus Dur tidaklah membela minoritas. Namun, Gus dur hanya ingin menegakkan prinsip keadilan, dan kemaslahatan bersama, siapapun yang harus dibela.
Alissa menjelaskan, Haul GusDur ini bisa menjadi ruang untuk menumpahkan kerinduan atas Indonesia yang dicita-citakan bersama. Indonesia yang penuh kearifan, penuh khidmat, dibangun dengan gotong royong dan dinikmati bersama, Indonesia yang tidak membeda-bedakan warganya, Indonesia yang adil makmur sentosa.
“ semoga bapak, ibu dan adik-adik sekalian bisa merawat Gorontalo untuk Indonesia,”tutupnya.****(Fadhil/Read)