READ.ID – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KemendikbudRistek) akan mengubah sistem rekrutmen guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK).
MendikbudRistek Nadiem Makarim pengubahan sistem ini dilakukan sebagai upaya mengatasi permasalahan guru honorer. Sistem ini rencananya mulai diberlakukan pada 2024 mendatang secara permanen.
Rencana perubahan sistem rekruitmen itu Nadiem sampaikan saat rapat kerja bersama Komisi X DPR, Kamis (25/5). Nadiem menyebut rencana itu sudah didiskusikan juga bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kemendagri, dan MenpanRB.
“Harapannya ini menjadi solusi permanen yang mulai diberlakukan 2024,” kata Nadiem.
Nadiem menyebut ada tiga permasalahan utama yang mendorong diubahkan sistem rekrutmen PPPK guru. Pertama, kekosongan guru secara tiba-tiba yang diakibatkan kematian, pensiun dan pindah sekolah.
Menurut Nadiem hal ini menyebabkan sekolah terpaksa merekrut guru honorer. Sebab, sekolah tidak bisa mengganti dengan guru PPPK secara cepat karena harus menunggu perekrutan guru ASN yang dilakukan terpusat.
“Ini suatu masalah yang selalu menyebabkan kebutuhan guru secara tiba-tiba, yang akhirnya terpaksa harus rekrut guru honorer. Kita harus selesaikan permasalahan ini,” ujarnya.
Permasalahan kedua, kebutuhan rekrutmen guru di setiap sekolah berbeda-beda. Menurut Nadiem, rekrutmen terpusat tidak menjawab solusi atas permasalahan tersebut.
“Harusnya yang mengerti rekrutmen ini sekolah. Mereka yang tahu kebutuhan. Pemerintah daerah (Pemda) dan Pemerintah Pusat (Pempus) bisa mengawasi berdasarkan jumlah murid dan berapa jumlah guru yang dibutuhkan,” jelas dia.
Permasalahan ketiga, Pemda tidak mengajukan formasi guru ASN yang sesuai dan cocok dengan kebutuhan sekolah.
“Ketiga permasalahan ini mendorong Pempus mencari solusi,” kata Nadiem.
Sistem baru rekrutmen 2024: ada konsep Marketplace
Nadiem pun menjabarkan tiga pilar solusi yang akan diterapkan pada 2024 sebagai sistem rekrutmen guru PPPK. Pertama, konsep marketplace untuk guru. Nadiem menyebut akan ada suatu tempat yang berisi database guru aktif.
“Di mana guru-guru yang boleh mengajar, masuk ke dalam database yang bisa diakses seluruh sekolah,” ucapnya.
Kedua, perekrutan oleh sekolah. Menurut Nadiem, pola rekrutmen yang tadinya dilakukan secara terpusat, sekarang akan diubah secara real time perekrutan oleh sekolah.
Ketiga, penempatan pada formasi kurang peminat. Nadiem menyebut pilar ini untuk memastikan sekolah mendapat guru.
“Kalaupun kita sudah membuat marketplace, pasti ada sekolah- sekolah yang kebutuhan guru dan tidak ada guru yang diposisikan di situ,” tuturnya.