Rektor Eduart Tekankan Komitmen UNG Sebagai Kampus Kerakyatan

UNG Kampus Kerakyatan
banner 468x60

READ.ID – Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Eduart Wolok menekankan, UNG sebagai kampus kerakyatan Sebagai sebuah adagium yang merepresentasikan bahwa saat ini, komitmen UNG haruslah berada sangat dekat dengan rakyat.

Hal itu ditekankan Eduart kepada ratusan orang wisudawan UNG yang digelar di Gedung Auditorium, Sabtu (26/9/2020).


banner 468x60

“Kampus tidak boleh lagi berada di atas awan, kita harus turun di bumi. Kita tidak boleh mengulang citra pelik kampus sebagai bangunan pendidikan yang bercorak elit dengan segudang riset yang hanya berakhir di rak-rak perpustakaan, riset harus benar-benar dirasakan manfaatnya,” tegas Eduart.

Dalam sambutannya, Eduart menguraikan beberapa pencapaian yang mempresentasikan UNG sebagai “Kampus Kerakyatan” di antaranya adalah Desa Berinovasi yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25. Bersama Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasnmigrasi (Kemendes PDTT), desa berinovasi ini pertama kali dilaunching pada tanggal 10 Agustus 2020 di Dusun Tumba, Desa Tamaila Utara, Kabupaten Gorontalo oleh Wakil Presiden Indonesia, KH. Ma’ruf Amin.

Salah satu alasan mengapa Tumba dijadikan sebagai proyek pertama, kata Eduart, karena wilayahnya yang memiliki potensi alam yang melimpah. Dusun tersebut seakan terisolir. Selama puluhan tahun, jangankan internet, bahkan listrik dan jaringan telepon pun tidak ada sama sekali.

Namun adanya Py cohydro, sebuah mesin karya kolaboratif dari anak-anak mahasiswa Teknik Elektro, UNG, saat ini Py cohydro mengalirkan listrik ke mesjid dan beberapa rumah warga, serta jaringan internet yang mulai terpasang.

“Kini, warga Dusun Tumba merasa bahagia adanya listrik. Kini untuk belajar, anak-anak tidak perlu pergi memanjat pohon atau mendaki tempat yang tinggi untuk mencari jaringan internet,” ungkap Rektor.

Program lainnya yang katakan Eduart adalah kegiatan Forum Pemuka Masyarakat Cinta Desa (Forpeace) yang dilaksanakan berdasarkan kerja-kerja kolaboratif antara UNG, Kemendes, PDTT, BPIP dan BNPT. Kegiatan itu merupakan program yang diinisasi bersama demi melaksanakan tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs Desa.

“Intinya, kami berusaha untuk meminimalisir potensi konflik, menciptakan kerukunan, serta berupaya untuk melahirkan desa tangguh yang dibangun berdasarkan fondasi kearifan lokal untuk menjawab tantangan ekonomi dan sosial budaya,” jelasnya.

Oleh sebab itu, dalam momen perayaan wisuda tersebut, Eduart mengingatkan bahwa representasi UNG sebagai kampus kerakyatan inilah yang mesti dimaknai oleh para wisudawan bahwa, keberadaan mereka setelah memperoleh gelar sarjana adalah sepenuhnya untuk terlibat dengan masyarakat agar dapat menyelesaikan problem-problem yang dihadapi mereka.

Wisuda yang berlangsung pada hari ini dilakukan secara Drive Thru di tengah pandemi Covid-19. Proses pelaksanaannya dilakukan secara bergilir, dan tentu saja dengan memperhatikan seluruh protokol kesehatan yang ada.

Dari total akumulasi 300 mahasiswa yang diwisuda, 5 di antaranya menyandang gelar doktor (S3); 45 dengan gelar magister (S2); 248 bergelar sarjana, dan sisanya 2 lagi bergelar Diploma III (D3). 300 wisudawan ini adalah bagian dari 1473 calon wisudawan yang akan diwisuda dalam beberapa tahap.

(Adv/RL/Read)

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60
banner 728x90