Rektor UHAMKA : Kebangkitan Pendidikan Harus Disertai Dengan Optimalisasi Anggaran

banner 468x60

READ.ID – Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Uhamka), Gunawan Suryoputro mengatakan, momentum hari kebangkitan nasional yang jatuh pada 20 Mei lalu sebagai ritual tapi tak sekadar simbolik.

Melainkan harus dimaknai dan dihayati dengan sungguh-sungguh dalam bentuk kerja-kerja yang tersistematis, terstruktur dan visioner.


banner 468x60

“Kebangkitan nasional itu tidak hanya simbolik. Tetapi memang betul-betul kita maknai dan hayati dengan sungguh-sungguh dalam bentuk kerja-kerja yang tersistematis, terstruktur dan visioner,” ujar Gunawan, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/5/2021).

Pernyataan Gunawan ini diungkapkan pada saat peringatan ulang tahun Tempo yang ke-50.

Tepatnya dalam kegiatan ngobrol bareng Tempo dengan tajuk “Kebangkitan Nasional: Perjuangkan Pendidikan untuk Tunas Bangsa”.

Baik Gunawan maupun Tempo, memaknai hari bersejarah di Indonesia itu sebagai bangkitnya semangat nasionalisme, persatuan dan kesatuan yang menjadi landasan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Ini sangat penting bagi Indonesia, karena memiliki makna semangat nasionalisme dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala bidang di antaranya bidang Pendidikan,” tutur Gunawan.

Oleh karena itu, lanjut Gunawan, jika perguruan tinggi pada umumnya mengedepankan Tri Darma yaitu Pendidikan, pengajaran dan penelitian, serta pengabdian masyarakat, maka Uhamka mengedepankan Catur Darma.

Catur Darma adalah pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat, serta Al Islam dan Kemuhammadiyahan.

Hal yang terakhir ini merupakan konsekuensi logis bagi Uhamka lantaran sebagai institusi di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah.

Menurut Gunawan, dukungan yang Uhamka berikan untuk mencapai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas adalah kurikulum yang dimilikinya merupakan kurikulum yang berintegrasi.

Dalam implementasinya pun ketika sudah mendapatkan ilmu dari kampus, maka mahasiswa dilatih untuk turun ke lapangan agar memberdayakan masyarakat.

“Inilah yang dikenal dengan teori Al-Maun,” kata Gunawan, seraya merujuk pada surat Al Ma`un dalam Al Qur`an.

“Maka dari itu, sebelum merdeka belajar diluncurkan oleh Kemendikbud Ristek, Uhamka sudah menerapkannya sejak lama,” ungkap Gunawan, menegaskan.

Namun demikian, demi kemajuan pendidikan Indonesia, maka diperlukan optimalisasi anggaran pendidikan.

Sejauh ini, Gunawan menjelaskan, konsentrasi dalam hal itu belum difokuskan.

Ia berharap, kualitas lembaga pendidikan tenaga kependidikan atau yang lebih dikenal dengan LPTK dapat meningkat secara konsisten.

Kemudian, yang tak kalah penting lagi adalah terkait perbaikan infrastruktur pendidikan.

“Komitmen kita untuk melayani pendidikan ini harus berfikir pragmatis. Kita harus inklusif memberikan kesempatan untuk siapa pun,” ujar Gunawan, sembari menutup perbincangan tersebut. (bg)

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60
banner 728x90