Rektor UNG: Budaya Kita itu ‘Totolianga’ Bukan Valentine

READ.ID – Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Eduart Wolok, mengatakan budaya kita itu totolianga, bukan valentine.

Menurut Eduart Wolok, peringatan Hari Valentine dengan praktik yang negatif seperti seks bebas adalah budaya yang bertolak belakang dengan adat dan budaya Gorontalo yang dilandasi Islam.

“Budaya Gorontalo itu ada yang namanya totolianga, atau budaya saling sayang menyayangi sepanjang masa, dan sepanjang hayat. Itulah budaya yang diajarkan oleh leluhur kita yang berdasarkan ajaran Islam”, ungkap Rektor UNG itu.

Eduart mengimbau kepada kaum muda khususnya mahasiswa UNG, untuk menjauhi praktik-praktik yang bisa menjerumuskan diri, dan berfokus untuk menghadapi tantangan yang kini sedang melanda dunia, yaitu pandemi Covid-19.

“Untuk menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan skill dan kompetensi yang inovatif, multitasking, problem solver, kreatif, berpikir kritis, active learning, dan berjiwa kepemimpinan”, imbaunya.

Eduart menambahkan bahwa totolianga itu adalah kearifan lokal yang harus dijaga dan dirawat. Tidak ada kasih sayang yang hanya berlaku satu hari atau hanya diperingati sehari saja. Kasih sayang itu wajib dipraktikkan sepanjang hayat.

“Hari ini, perasaan saling sayang menyayangi antar sesama, antar orang tua dan anak, antar teman, antar sejawat mulai luntur karena perubahan sosial yang sedang terjadi semakin individual,” imbuhnya.

Padahal, kata Ketua PGRI Provinsi Gorontalo itu, budaya totolianga bisa menjadi modal penting agar kita bisa sama-sama secara kolaboratif bangkit dari dampak yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.

(SAS/RL/Read)

Baca berita kami lainnya di

Exit mobile version