READ.ID – Indonesia terletak di wilayah geologi yang kaya akan berbagai macam sumber daya, terutama di Kalimantan Selatan. Potensi besar dalam hal sumber daya litium telah ditemukan di sana. Litium sangat penting dalam industri perangkat elektronik dan penyimpanan energi terbarukan, telah menjadi bahan yang semakin dicari.
“Litium digunakan dalam berbagai dunia industri yang banyak di perangkat baterai, keramik, industri nuklir sebagai pendingin, serta alat pacu jantung karena sifatnya kecil dan ringan,” jelas Peneliti dari Kelompok Riset Metalurgi Ekstraksi Sumber Daya Primer dan Sekunder – Pusat Riset Metalurgi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ariyo Suharyanto pada forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi yang ke-34 secara daring pada Selasa (05/09).
Ariyo menyampaikan bahwa permintaan litium terus meningkat, terutama seiring dengan perkembangan pesat kendaraan listrik di berbagai negara. Amerika Selatan saat ini menjadi salah satu produsen litium terbesar di dunia, dengan tujuan untuk memenuhi permintaan baterai litium yang semakin tinggi.
“Sumber daya litium di Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti panas bumi, air laut, dan batuan. Namun, untuk memanfaatkannya secara efisien, diperlukan eksplorasi dan penelitian lebih lanjut, terutama dalam hal mendapatkan sumber daya dan cadangan litium dari batuan granitik,” ungkapnya.
Di dalam batuan granitik, litium ditemukan dalam bentuk mineral spodumene dengan jenis alpha-spodumene, meskipun jumlahnya terbatas.
“Salah satu langkah penting dalam memanfaatkan sumber daya litium dari batuan granitik adalah dengan melakukan proses dekomposisi untuk mengonversi dari alpha-spodumene menjadi beta-spodumene,” terangnya.
Prosesnya yang pertama adalah batuan granitik diremukkan dan digerus, lalu diayak dan ditambah potasium sulfat. Kemudian hasil dekomposisi beta-spodumene berlanjut ke tahap pelindian dan filtrasi.
Menurutnya, alasan perlunya mengkonversi ke bentuk beta-spodumene adalah agar bisa lebih hemat bahan baku, karena pada proses ekstraksi pada litium bisa dengan air.
“Ini memudahkan proses pelindian litium dengan menggunakan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi litium menggunakan air dapat mencapai tingkat efisiensi mencengangkan sebesar 98.16%, sedangkan penggunaan asam klorida (HCl) hanya mencapai 90.17%,” jelas Ariyo.
Ia mengungkapkan bahwa penelitian dan eksplorasi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sumber daya litium dan cadangan dari batuan granitik.
“Saat ini kami melakukan riset litium pada batuan yang ada di permukaan. Memang jumlahnya sedikit, mungkin bisa ada cadangan yang lebih banyak di batuan yang lebih dalam,” katanya.
Forum pertemuan ilmiah riset dan inovasi yang ke-34 yang dilakukan secara daring ini diselenggarakan oleh Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN.
Kepala ORNM BRIN, Ratno Nuryadi mengungkapkan bahwa forum Ornamat merupakan sarana untuk berkolaborasi.
“Tujuan dari pertemuan ini, salah satu upaya untuk mendukung penguatan iklim riset, mengakumulasi pengetahuan dan membuka sarana khususnya di bidang Nanoteknologi Material dan topik beragam mencakup bidang ilmu nanoteknologi dan material yang diwakili oleh Kelompok Riset di ORNM,” ucap Ratno.
Hasil riset ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri litium global. Dengan pengolahan yang efisien dan penelitian lebih lanjut, Indonesia dapat memenuhi permintaan litium yang terus meningkat.