READ.ID – Sebanyak 58 sekolah yang terdiri dari 29 sekolah dasar dan 29 Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi sasaran Program Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Mengajar.
Program UNG Mengajar ini mengangkat tema Mendidik dengan Hati yang diinisiasi oleh Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNG dalam rangka semarak Dies Natalis UNG ke-58.
Dekan FIP UNG Dr. Arwildayanto, M.Pd mengatakan, Program UNG Mengajar ini juga dilaksanakan sebagai bentuk penugasan rektor kepada FIP UNG untuk menyiapkan sebanyak 58 sekolah sesuai dengan bidangnya masing-masing, Jumat (24/9/2021).
“UNG Mengajar di 58 sekolah ini, nantinya akan diberikan penugasan kepada jurusan PGSD dan PGPAUD dengan pembagian proporsional, masing-masing 29 sekolah dengan menerapkan protkes yang ketat, sehingga masyarakat paham apa-apa saja yang perlu dipersiapkan. Mulai dari Handsanitizer, mencuci tangan, dan peralatan-peralatan siswa yang harus dibawa saat PTM terbatas nanti,” tambah Dekap FIP UNG.
Program UNG Mengajar ini, dilaksanakan selama lima hari. Dimulai pada Kamis (23/9/2021) dengan coaching melalui zoom meeting, dan akan berakhir pada Senin (27/9/2021) mendatang.
Dr. Arwildayanto membeberkan, dalam Program UNG Mengajar ini, melibatkan para guru besar, dosen, pimpinan, ketua-ketua jurusan, dan mahasiswa FIP UNG.
“Jadi, di 58 sekolah yang kita berikan pembelajaran banyak komponen-komponen yang dilibatkan,” bebernya.
Ung Mengajar ini ungkap Dr. Arwildayanto, merupakan Implementation Agreement yakni salah satu dokumen yang harus disiapkan untuk meningkatkan kerja universitas, yang juga menjadi salah satu hal yang dinilai oleh kementerian.
“Sebagai bukti kita melakukan kerjasama dengan sekolah itulah Implementation Agreement. Jadi, untuk programnya, seperti melakukan pendampingan, mengajar di sekolah, menempatkan mahasiswa sebagai peserta PPL, termasuk kepada dosen-dosen untuk melakukan penelitian maupun riset,” kata Dr. Arwildayanto.
Terakhir, Dekan FIP UNG berharap, mahasiswa yang telah mendampingi program UNG Mengajar nantinya akan mendapatkan ilmu dari metode, model , dan IT yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sehingga, pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan dua sisi dalam model luring dan daring .
“Jadi, kita tidak memaksakan semua pembelajaran harus tatap muka, karena ada beberapa orang tua yang pada masa transisi ini, belum siap dan mengizinkan anak-anaknya untuk mengikuti PTM terbatas di sekolah,” tandasnya.