READ.ID,- Sejumlah aktivis satwa melakukan aksi di depan Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Mereka memprotes perdagangan satwa liar seperti monyet ekor Panjang yang saat ini marak di pasar hewan.
Mereka juga mendesak pemerintah agar melakukan Tindakan kepada para pelaku perdagangan monyet liar untuk segera di tangkap.
Menurut koordinator aksi, saat ini populasi monyet ekor panjang menurun sebanyak 30 persen dari total jumlah populasi setiap tahunnya. Saat ini, status monyet ekor panjang dalam The International Union for Conservation of Nature’s Red List of Threatened Species (The IUCN Red List) telah masuk dalam golongan vulnerable (rentan).
Pihak KLHK menyambut baik upaya ini dan menyatakan akan membuat sosialisasi yang bisa menjangkau masyarakat luas, bahwa perdagangan dan transportasi monyet yang dilakukan di luar pengawasan dan tidak sesuai aturan akan ditindak.
“Belakangan, tren memelihara monyet makin naik. Semakin banyak orang yang memelihara monyet di rumah karena menganggap bayi monyet sangat lucu dan bisa diasuh layaknya bayi manusia,” ujar Angelina Pane juru bicara Animal Friends Jogja.
Monyet ekor panjang saat ini menjadi objek mainan yang sering dipertontonkan di jalanan oleh para pelaku, mereka menganggap monyet ini merupakan hewanlucu.
“Salah besar jika kita berpikir bahwa monyet akan tetap lucu dan jinak saat dewasa. Sebagai satwa liar, naluri liar mereka tak akan hilang walau telah dikandangkan dan mendapat perlakuan ‘sebaik’ apapun. Bahkan, sejak masa pubertas–sekitar usia tiga tahun–monyet akan menunjukkan perilaku yang tidak terduga dan tak terkendali, dan bisa melakukan hal berbahaya, seperti menggigit atau mencakar,” pungkasnya.****