READ.ID – Bripka Suparno Hamza (42 tahun) adalah seorang Polisi yang berinisiatif membangun Masjid di Desa Pangadaa, Kecamatan Dungalio, Kabupaten Gorontalo.
Tidak seperti Masjid pada umumnya, konstruksinya didesain begitu unik, di mana dinding betonnya dilapisi bambu yang sudah di cat dan hanya sekadar beratapkan daun rumbia.
Suparno sendiri adalah seorang Kanit Binmas di Polsek Bongomeme. Menurut ceritanya, lokasi yang saat ini telah di bangun sebuah Masjid berukuran 12×12 itu, awalnya adalah tempat orang-orang untuk berbuat segala macam jenis maksiat.
“Di sini kan ada bangunan untuk pendaratan helikopter. Sudah lama tidak dipakai lagi. Nah, tempat ini digunakan orang-orang untuk berkumpul dan mungkin telah menjadi lokasi maksiat,” kata Suparno, Rabu (15/7).
Tidak hanya itu, desa yang kini telah telah berdiri sebuah Masjid yang memiliki nama Bambu An-Nur ini, kata Suparno, terkenal dengan desa yang sebagian masyarakatnya kerap membuat keributan, terlebih ketika itu sudah larut malam.
“Motivasinya saya adalah ingin merubah kebiasaan masyarakat di sini. Selain itu, lokasi Masjid yang agak jauh dari Desa Pangadaa adalah alasannya juga,” ungkapnya.
Masjid Bambu An-Nur mulai dibangun sejak Agustus 2019. Pembangunannya kurang lebih memakan waktu satu bulan. Suparno mengaku, selain dibantu dengan swadaya masyarakat setempat, ia pun menyisihkan sedikit gajinya untuk membangun Masjid tersebut.
“Awalnya ingin bangun Masjid ini di belakang rumah. Tapi masyarakat menyarankan untuk di bangun di belakang bangunan pendaratan helikopter ini saja,” tutur Suparno.
Selain itu, baik di halaman samping, depan dan belakang, kata dia, sengaja di didesain alami agar bisa menambah daya tarik jemaah untuk sholat di Masjid ini. Benar saja, Masjid tersebut di kelilingi beragam jenis bunga dan tanaman seperti rica dan jagung. Bahkan di belakangnya terdapat kolam yang memelihara ikan air tawar.
Selain uniknya konstruksi bangunan masjid dan beserta halamannya itu, di sebelah kanan Masjid di bangun sebuah pondok kecil yang menampung anak-anak untuk belajar mengaji.
“Ada sekitar 60 anak-anak yang setiap harinya belajar Iqro. Anak-anak ini berasal dari Kecamatan Dungalio dan Tibawa,” kata Suparno.
Suparno tidak sendiri membelajarkan anak-anak untuk mengaji. Ia dibantu oleh beberapa orang yang dengan ikhlas menyempatkan waktunya menjadi guru ngaji demi menghidupkan masjid tersebut, termasuk menjadi Imam dalam setiap sholat.
Kini dengan berjalan waktu, kata Suparno, Masjid Bambu An-Nur sudah memiliki sekitar 70 jemaah tetap, dan telah mendapat perhatian dari pemerintah maupun institusi Polri yang ada di Provinsi Gorontalo. (Aprie/RL/Read)