banner 468x60
Opini  

Syam dan Pribumi yang Berdiri Tegap

Syam Terajana

READ.ID – Konon katanya lukisan adalah alternative yang paling purba untuk menyampaikan makna setiap kejadian. Terbukti banyak sekali sejarah dunia mulai dari tokoh ataupun suatu kejadian diabadikan di atas canvas.

Sekarang saja  mantan presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, menghabiskan umur senjanya dengan beralih profesi menjadi seniman lukis.

Pukul sudah menunjukan 15.00 WIB, tandanya sudah saatnya bergegas ke sebuah pameran, mengingat Yogya terlalu banyak lampu merah yang bisa memperlambat estimasi perjalanan. Lagi-lagi Yogya terlalu istimewa, terlebih saat menyaksikan matahari yang mulai turun untuk bersembunyi di balik bukit.

Setibanya di pameran Cek Ombak #1 Art Exhibition, di Langgeng Art Foundation yang juga merupakan coffee shop, kami disambut dengan bangunan yang artistic yang didalamnya terdapat manusia-manusia yang sangat layak disebut seniman.

Lukisan Syam

Rasanya sudah tidak kaget jika melihat sesorang yang hanya menggunakan sandal jepit kaos partai sembari menggendong totbag, atau seluruh tubuh dipenuhi dengan tato, bahkan ada yang berpakaian serba hitam. Pemandangan itulah yang akan disuguhkan dalam ruangan pameran.

Pekan lalu flyer berseliweran di social media milik kawan-kawan Gorontalo yang isinya adalah pameran lukisan oleh seniman-seniman hebat yang ada di daerah sangat istemewa ini Yogyakarta pastinya.

Mata langsung menangkap nama-nama yang sudah tidak asing salah satunya Syam Terrajana, siapa yang tidak kenal beliau. Seniman asal Gorontalo yang kini sudah tiga tahun sedang menetap di Yogya.

Lukisan adalah karya seni yang abstrak, setiap retina bebas merepresentasikan sendiri sesuai imajinernya. Setiap garis pada lukisan mempunyai nyawa yang mampu menarik mata penikmat berimajinasi melampaui antariska pemikirannnya.

Sama halnya seperti gelombang cahaya putih yang kuat melewati cela sempit lalu menembus prisma yang kemudian menjadi warna pelangi atau biasa disebut spektrum begitu juga lukisan mampu menembus cela paling kecil dalam hati yang ditrasnfer ke motorik yang kemudian akan tersimpan rapi untuk dirinya nikmati.

Saat masuk ke ruangan pameran kita serasa sedang dihipnotis, disuguhkan berbagai objek lukisan yang tertata rapi disetiap sudut dinding, sayang jika kalian datang sendirian sangat disarankan membawa teman, sahabat, pacar atau pacar orang lain juga bisa.

Saat mulai menjajaki tiap-tiap lukisan serasa sedang berkelahi engan pikiran sendiri untuk mebenarnya apa yang dilihat, tapi lagi-lagi ini adalah karya seni tidak ada pembenaran mana yang bagus dan mana yang tidak. Saya terpaku pada salah satu lukisan yang cukup menohok ternyata itu karya Syam.

Pria yang sangat identik dengan topi, kacamata serta sepatu boots merupakan sosok yang humble ia menyapa satu persatu pengunjung yang datang, bahkan ia setia menemani setiap pengunjung untuk berdiri menyaksiakan lukisannya.

Terdapat dua lukisan dengan ukuran berbeda yang diberi nama ‘Kisah yang belum punya definisi dan dari medan yang menggemaskan’. Sembari menikmati lekat-lekat kedua pemuda tersebut Syam menjelaskan sosok di canvas adalah tentara pribumi

“Kedua pemuda yang ada dalam canvas itu adalah pribumi yang mendedikasikan dirinya di masa Kolonial,” ungkapnya.

Terlihat pribumi satunya sedang siap siaga menunggu aba-aba menekan pelatuk senjata, sedangan satunya lagi sedang tegap bersedia memberikan perintah lewat terompetnya.

Jika dilihat lebih detail ada menarik dari lukisan tersebut, warna hitam pekat pada baju mereka serta beberapa arsirannya yang ternyata terbuat dari debu rokok dan arang.

Hebat bukan, Syam selalu mampu membumbui hal-hal yang tidak terduka dalam karyanya. kedua bahan itu dikawinkan dengan cat minyak yang dibalut indah pada canvas.

“Nama metode tersebut Mixed media, perpaduan natara bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai warna dan cat minyak,” singkatnya

Menurut Syam setiap lukisan hanya secuil makna yang diberikan pelukis, sisanya diselami lebih mendalam oleh penikmat. Ia bercerita jika melukis adalah hobi yang sudah ia lakoni sejak 2013.

“Berawal dari hobi yang bermula dari melukis sketch, itupun dilakukan karena menghilangkan penat ketika harus menyelesaikan deadline semasa masih menjadi jurnalis. Dari hobi itulah kemudian membawa saya lebih profesioanal menekuninya,” tambahnya.

Dari lukisan ia selalu berharap bisa menyampaikan pesan yang dapat membawa kabar baik bagi setiap insan. Berada di tanah istimewa Yogya juga merupakan salah satu keberuntungan baginya.

“Saya bersyukur berada di Yogya membuat hobi saya ini lebih terarah, terlebih lingkungan di sini sangat mendukung untuk pengembangan karya,” tandasnya.

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60