READ.ID,- Sebuah klinik di Moskow yang melakukan sunat perempuan mendapat kecaman warga, Selasa (27/11), serta memicu seruan dari para aktivis untuk menyeret klinik tersebut ke meja hukum karena melakukan praktek yang dianggap merugikan.
Best Clinic, jaringan klinik swasta kecil di Kota Moskow itu melalui situs webnya mengiklankan “sunat perempuan” untuk anak-anak perempuan berusia antara lima hingga 12 tahun, Reuters melaporkan, mengutip koran berbahasa Rusia, Meduza, Selasa.
Meduza menerbitkan foto iklan yang diambil dari situs web Best Clinic. Klinik tersebut sudah menghapus iklan sunat perempuan dari situs webnya.
“Layanan ini masuk dalam daftar layanan yang disediakan oleh Best Clinic karena ada permintaan dari pasien dengan rujukan dari para dokter,” kata klinik tersebut dalam sebuah pernyataan, Selasa (27/11).
“Clitoridectomy, prosedur bedah, hanya dilakukan dengan alasan medis,” kata Best Clinic, dengan menambahkan bahwa pihaknya tidak melakukan sunat pada perempuan yang berusia di bawah 18 tahun.
Khitan perempuan, prosedur yang menghilangkan sebagian atau seluruh klitoris perempuan dan seringkali berakibat fatal, tidak dianggap sebagai kejahatan di Rusia.
Praktik ini tidak dianggap sebagai masalah di Rusia hingga kelompok HAM Rusia, Inisiatif Keadilan Rusia (RJI), melaporkan pada 2016 bahwa praktik itu meluas di desa-desa pegunungan terpencil di Dagestan, bagian selatan Rusia.
RJI memperkirakan puluhan ribu perempuan Muslim menjalani khitan di wilayah Kaukus Utara yang bergolak, namun para penyelidik dari kantor Kejaksaan tidak bisa menemukan bukti praktik tersebut.
Anggota parlemen Rusia, Maria Maksakova-Igenbergds, mengajukan rancangan undang-undang untuk mempidanakan khitan perempuan pada 2016. Tapi status RUU tersebut masih belum jelas.
RJI mengatakan, Selasa, akan meminta Kantor Kejaksaan untuk menyelidiki Best Clinic.
“Praktik ini, diubah menjadi praktik layanan komersial, diiklankan sebagai prosedur yang layak untuk anak-anak perempuan di bawah umur,” kata pengacara RJI, Grigor Avetisyan, dalam pernyataannya.
Kantor Kejaksaan tidak segera bersedia memberikan komentar. Kementerian Kesehatan Rusia menolak untuk memberikan komentar dengan alasan khitan perempuan bukan prosedur medis dan bukan kompetensi kementerian.
“Untuk pertama kali, saya terkejut sekali, hal ini terjadi di Moskow,” kata Alena Popova, salah satu pendiri W-Project, yang melobi hak-hak perempuan kepada Thomson Reuters Foundation.
“Para Dokter tidak diperbolehkan secara sengaja merusak kerusakan seseorang,” katanya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 200 juta perempuan dan anak-anak perempuan di seluruh dunia menjalani khitan perempuan yang bisa menyebabkan rasa sakit kronis, kemandulan, dan kematian akibat kehilangan darah dan infeksi.
PBB berusaha menghapuskan praktik itu pada 2030. Ada sekitar 30 negara di dunia yang masih mempraktikan khitan perempuan, terutama di Afrika.****
Sumber: VOA Indonesia