READ.ID – Gubernur Gorontalo Rusli Habibie memberikan arahan tegasnya, saat meninjau tiga proyek putus kontrak Pemprov Gorontalo.
Tiga proyek tersebut yakni Ruang praktek siswa beserta prabotnya di SMK 1 Paguyaman, Pembangunan jembatan Aramco desa Diolata, Paguyaman, serta Pembangunan jalan Tenilo-Pilolodaa-Iluta, Minggu, (20/2/2022).
“Saya hari ini bersama asisten dan beberapa pimpinan OPD turun melihat langsung hasil yang kita rapatkan semalam, di mana ada beberapa pekerjaan tahun 2021 yang tidak tuntas. Jadi kita tinjau lagi, misal ini di SMK 1 Paguyaman kendalanya apa. Jembatan aramco apa dan jalan Tenilo- Pilolodaa-Iluta,” kata Rusli Habibie.
Berdasarkan hasil tinjauan, ketiga proyek ini putus kontrak dikarenakan tahun anggarannya memang sudah berakhir, sementara progres pengerjaan belum selesai.
Banyak hal yang menyebabkan pembangunan ini mandat, salah satunya untuk ruang praktek siswa di SMK Paguyaman dikarenakan pihak ketiga terkesan lamban menuntaskan pengerjaan.
“Untuk jembatan Aramco merupakan jembatan pipa baja bergelombang. Di mana memang memerlukan metode teknis yang rumit, karena kerangka infrastruktur tersebut merupakan fabrikasi. Nah mungkin proses lelangnya pihak kontraktor ini tidak melihat langsung lokasi yang di mana mayor item pekerjaan di sini ternyata adalah fabrikasi. Sehingga tidak memperhitungkan kenaikan harga. Intinya sama seperti tadi di SMK 1, ini jadi catatan tim ULP dan Pokja untuk memilih pihak ketiga,” ucap Rusli Habibie.
Untuk jembatan Aramco realisasi fisik dilapangan saat pemutusan kontrak sudah mencapai 86 persen dengan nilai kontrak sebesar Rp526.309.000,00.
“Solusinya selanjutnya kita akan menunggu perubahan anggaran untuk menyelesaikan sisa pekerjaan, ada upaya lain untuk kita melakukan pada waktu sekarang, tapi masih menunggu LO dengan PH apakah bisa akan segera kita lakukan. Karena ini memang sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengangkut hasil hasil pertanian,” tambahnya
Sementara untuk pembangunan ruas jalan Tenilo-Pilolodaa-Iluta, yang kontraknya telah berakhir pada 16 Februari 2022, dengan progres yang sudah mencapai 40, 4 persen, dijelaskan Rusli Habibie, bisa putus kontrak dikarenakan pekerjaan untuk penurunan grade cukup banyak.
Terlebih mungkin juga manajemen alat dan metode pekerjaan yang memang lumayan sulit dan memerlukan anggaran yang cukup besar.
“Sangat disayangkan sebenarnya, kalau saja kita ada anggaran dan cukup, paling dari tahun pertama sudah selesai ini. Tapi ini salah satu yang sudah kita masukan kedalam pembiayaan dana PEN. Jadi selanjutnya akan lihat yang diahulukan mana yang penting, misal gratenya, kemudian kita baru mulai pengaspalannya. Target tahun ini selesai sama dengan dana PEN,” tandasnya.