Tragedi Berdarah di Langowan: Jeskul Tewas Usai Pesta Miras, Potret Kelam Kekerasan di Tengah Komunitas

READ.ID,- Sebuah tragedi berdarah kembali mengguncang masyarakat Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Seorang pria bernama Jeskul Wuisan (33) ditemukan tewas dengan sejumlah luka tusukan di tubuhnya usai menghadiri pesta minuman keras di Desa Karumenga, Kecamatan Langowan Barat, Sabtu (6/4) dini hari.

Peristiwa naas tersebut diduga dipicu oleh cekcok antarwarga yang terjadi dalam suasana pesta. Berdasarkan laporan pihak kepolisian dan keterangan saksi, korban terlibat pertengkaran dengan sekelompok pemuda yang juga turut serta dalam kegiatan tersebut. Adu mulut berujung pada aksi brutal, di mana Jeskul dihujani tikaman senjata tajam hingga tak bernyawa.

banner 468x60

Kepolisian Resor Minahasa segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan menetapkan satu tersangka berinisial YL (27), yang kini telah diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Polisi juga masih memburu beberapa orang lain yang diduga terlibat dalam insiden tersebut.

Kasat Reskrim Polres Minahasa, AKP Julin Malaheng, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengantongi keterangan dari sejumlah saksi dan terus mendalami motif serta kronologi kejadian. “Kami akan menindak tegas siapa pun yang terlibat. Ini adalah kejahatan serius yang menghilangkan nyawa orang lain,” tegasnya.

Fenomena Sosial: Miras dan Kekerasan Komunal

Kasus ini menambah daftar panjang insiden kekerasan yang melibatkan konsumsi minuman keras di wilayah Sulawesi Utara. Aktivitas pesta miras yang kerap tidak terkontrol sering kali berujung pada konflik fisik, bahkan kematian. Dalam konteks ini, peristiwa di Karumenga bukan hanya soal tindak kriminal individu, tapi juga cerminan problem sosial yang lebih luas.

Ahli sosiologi kriminal dari Universitas Sam Ratulangi, Dr. Noldy Kalengkongan, menyebut bahwa minimnya pengawasan sosial di tingkat komunitas serta lemahnya penegakan hukum terhadap peredaran miras ilegal menjadi faktor yang memperparah situasi. “Ketika alkohol dikonsumsi secara berlebihan tanpa kontrol, ia menjadi pemicu agresi. Ditambah dengan budaya kekerasan yang belum sepenuhnya teratasi, maka insiden seperti ini bisa terjadi kapan saja,” ujarnya.

Pihak keluarga korban mengaku terpukul dan meminta agar proses hukum ditegakkan secara adil. Mereka juga berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi masyarakat agar lebih bijak dalam menghindari kegiatan yang berpotensi menimbulkan konflik.

Tragedi ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan aparat penegak hukum untuk lebih serius dalam mengendalikan konsumsi minuman keras serta memperkuat nilai-nilai hidup damai dalam komunitas lokal.*****

Baca berita kami lainnya di

banner 468x60