READ.ID – Korban dugaan penganiayaan Mohammad Akbar memilih pindah sekolah dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Terpadu Wira Bhakti Gorontalo.
Sebelumnya Seorang siswa SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo, bernama Mohammad Akbar (17) diduga menjadi korban kekerasan oleh seniornya.
Rencana pindah Sekolah terpaksa dilakukannya karena korban merasa trauma akibat penganiaayaan hingga menyebabkan dia babak belur dan masih menjalani perawatan di rumah sakit Aloe Saboe Kota Gorontalo
“Saya sebagai orangtua korban sudah pasti tidak mau lagi anak saya kembali ke sekolah tersebut dan akan pindah sekolah. Anak saya masih trauma dan merasa sakit. Jadi saya rencana akan mencari sekolah yang benar-benar mendidik bukan menghajar,” Tegas Nirwana Dunda yang merupakan ibu korban.
Nirwana juga mengungkapkan, perlakuan yang dilakukan kepada anaknya sangat tidak kemanusiaan dalam dunia pendidikan.
“Saya tidak terima kalau anak saya dibuat seperti itu. Kasus ini saya sudah laporkan ke Polres Bone Bolango dan Diharapkan pelakunya ditindaklanjuti,” Tandasnya.
Sementara kepala SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo, Yusnan Yusuf Eki mengatakan, pihaknya tidak akan menekan jika siswanya akan pindah dari sekolah tersebut.
“Tentunya Saya berharap Mohammad Akbar bisa kembali ke sekolah untuk mendapat pembelajaran. Kalau dia pindah sekolah, itu adalah haknya,” Tuturnya.
Terkait adanya dugaan penganiaayan yang terjadi di sekolah tersebut, dirinya masih mengumpulkan data maupun fakta yang terjadi dan siap bertanggung jawab jika terbukti bersalah.
Mohammad Akbar (17) Seorang siswa kelas XI Madya Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) di Sekolah Menegah Atas (SMA) Wira Bhakti Gorontalo, menjadi korban penganiayaan dari kakak kelasnya dan beberapa alumni di Sekolah tersebut.
Pada kejadian itu, korban mengalami luka lebam dibagian kepala, mulut, perut hingga dibagian kaki akibat hantaman pukulan tangan maupupun alat keras berupa rotan.
Menurut pengakuan korban kepada Orang tuanya, peristiwa terjadi pada jumat malam ada 13 siswa termasuk korban yang dihukum akibat diduga kedapatan merokok. Mereka mendapat pembinaan hingga mendapat kekerasan fisik dari para seniornya.