READ.ID – Dalam rangka pelaksanaan Oceans for Prosperity Project – LAUTRA Tahun Anggaran 2025, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan, menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Respon Cepat Penanganan Biota Laut Terdampar bagi Kelompok Masyarakat Penggerak Konservasi (KOMPAK) dan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang berada di Kawasan Konservasi Teluk Gorontalo.
Kegiatan ini berlangsung pada 19–21 Agustus 2025 di Hotel Melati, Kota Gorontalo, serta di perairan pesisir Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango. Sebanyak 4 kelompok KOMPAK dan 9 kelompok POKMASWAS ikut ambil bagian dalam pelatihan tersebut.
Kepala BPSPL Makassar, A. Muhammad Ishak Yusma, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari Proyek LAUTRA (Lautan untuk Kesejahteraan) yang bertujuan meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi perairan dan perikanan terumbu karang secara berkelanjutan. “Proyek ini adalah inisiatif pemerintah Indonesia yang didukung Bank Dunia. Fokusnya melindungi ekosistem laut, termasuk terumbu karang, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang bergantung pada laut,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala DKP Provinsi Gorontalo, Sila N. Botutihe, menjelaskan bahwa Provinsi Gorontalo memiliki Kawasan Konservasi Perairan yang tercantum dalam Perda RTRW Provinsi Gorontalo Nomor 2 Tahun 2024. Dari delapan kawasan, satu kawasan telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan yaitu Kawasan Konservasi Perairan Teluk Gorontalo seluas 76.580,48 hektare, sementara tujuh kawasan lainnya masih berstatus pencadangan oleh Gubernur dengan luas mencapai 82.551 hektare.
Lebih lanjut, kawasan Teluk Gorontalo juga merupakan habitat penting bagi biota laut yang dilindungi, terutama Hiu Paus yang menjadi ikon wisata bahari Gorontalo. Selain itu, kawasan ini juga menjadi jalur migrasi mamalia laut seperti paus pembunuh (Orcinus orca), paus pilot (Globichephala), paus sperma kerdil (Kogia sima), serta lumba-lumba.
Sejumlah kasus mamalia laut terdampar sebelumnya juga pernah terjadi di Gorontalo, di antaranya paus pilot di Desa Tolotio (4 Januari 2020), paus sperma kerdil di Desa Botubarani (25 April 2024), serta ikan mola-mola di Pantai Tangga 2000 Kota Gorontalo (2 Desember 2024).
Melihat kondisi tersebut, Bimtek penanganan mamalia laut/biota laut terdampar menjadi sangat penting. Peserta pelatihan dibekali materi terkait identifikasi jenis mamalia laut, penyebab terdamparnya, teknik evakuasi, pertolongan pertama, hingga prosedur penyelamatan sesuai standar operasional. “Kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian biota laut yang dilindungi, sekaligus memperkuat peran aktif masyarakat dalam upaya konservasi,” tutur Sila.
Dengan pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan masyarakat pesisir di Gorontalo semakin terlatih dalam merespons kasus biota laut terdampar dan mampu menjadi mitra pemerintah dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut.