Zikir, Cinta, dan Warisan Islam Damai: Haul Bapu Ju Panggola Menggema dari Jantung Gorontalo

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

READ.ID,- Tradisi Islam yang tumbuh dari akar cinta, zikir, dan keteladanan kembali hadir dari jantung Kota Gorontalo. Rabu, 10 Juli 2025 atau bertepatan dengan 14 Muharram 1447 H, ratusan jamaah dari berbagai wilayah berkumpul khidmat di kompleks makam Syekh Ali bin Abubakar Al-Hasani atau yang lebih dikenal sebagai Bapu Ju Panggola, di Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo.

Haul tahunan ini menjadi momen penting yang bukan sekadar ritual, tapi juga ruang kontemplasi sosial. Dimulai sejak pukul 09.00 WITA, suasana syahdu menyelimuti kawasan pesisir danau ketika lantunan Surah Al-Fatihah dibacakan sebanyak 325 kali, kemudian dilanjutkan Ratib Alaydrus oleh Majelis Muhyin Nuufus Provinsi Gorontalo. Zikir bergema lembut, menghidupkan kembali denyut tasawuf sebuah warisan ruhani Islam lokal yang menenangkan, bukan menegangkan.

Dalam sambutannya, Ketua Majelis Muhyin Nuufus Provinsi Gorontalo, Dr. Funco Tanipu, menyampaikan bahwa haul bukan sekadar peringatan, tetapi sebuah energi sosial yang merekatkan umat dengan akar spiritual Islam yang damai.

“Haul ini bukan nostalgia. Ia energi sosial. Kita mengingat Bapu Ju bukan hanya karena sejarahnya, tapi karena warisan adab dan ruh Islam damai yang sangat kita butuhkan hari ini,” ujar Funco, yang dikenal sebagai akademisi sekaligus budayawan.

Sementara itu, Ketua PWNU Provinsi Gorontalo, Drs. Ibrahim T. Sore, menegaskan pentingnya tradisi haul dalam membentuk karakter keislaman yang berakhlak. Menurutnya, tradisi ini adalah bagian integral dari wajah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang ramah dan inklusif.

Pemerintah Kota Gorontalo, melalui Asisten I Setda Kota Gorontalo, Drs. Iskandar Moerad, turut memberikan dukungan. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Kota Gorontalo sebagai kota religius yang menjunjung harmoni sosial.

Haul kemudian dilanjutkan dengan pembacaan manakib dan tausyiah oleh Ustaz Budi Ahaliki, yang mengangkat kisah Bapu Ju Panggola dalam menyebarkan Islam melalui pendekatan hikmah, kasih sayang, dan budaya. Dalam ceramahnya, ia menegaskan pentingnya menghidupkan kembali dakwah yang menyentuh, bukan menyakiti.

“Bapu Ju adalah teladan Islam yang santun. Dakwahnya tidak menyakiti, tapi menyentuh. Kita perlu kembali ke pendekatan dakwah yang lembut, yang menyembuhkan, bukan yang mencaci,” ungkap Ustaz Budi.

Menariknya, haul ini juga dihadiri oleh berbagai unsur—dari Kementerian Agama Provinsi Gorontalo, PCNU Kota Gorontalo, unsur TNI dan Polri, hingga Satgaswil Densus 88 Anti Teror Mabes Polri dan FKPT. Keberagaman ini menunjukkan bahwa tradisi haul bukan hanya ruang spiritual, melainkan juga simbol ketahanan sosial dalam menghadapi arus ekstremisme.

Acara berlangsung hingga selepas salat Zuhur, dalam suasana yang tertib, teduh, dan damai. Haul Bapu Ju Panggola tahun ini tidak hanya menjadi upacara spiritual, tetapi juga narasi hidup tentang bagaimana nilai Islam lokal tetap relevan dalam membangun masa depan yang berakar, damai, dan manusiawi.*****

Baca berita kami lainnya di